Terjemah Manaqib Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَامِلِ الشَّرِيْعَةِ وَخَالِصِ الدِّيْنِ
٬ وَ حَلىٰ جِيْدَ رِسَالَتِه۪ بِبَاهِرِ الْخَوَارِقِ وَأَيَّدَهُ بِكُمَاةِ
اْلأَصْحَابِ الْمُهْتَدِيْنَ ٬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih ladi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang telah
mengutus junjungan kita Nabi Muhammad saw dengan membawa syari'at yang sempurna
dan agama yang murni, yakni agama Islam serta menghiasi atas kerasulannya denga
berbagai mu'jizat dan lagi diperkuat para sahabatnya yang pemberani dan
mendapat hidayah (petunjuk dari Allah)
وَخَصَّ مَنْ شآءَ مِنْ أَتْبَاعِ مِلَّتِه۪
بِالرُّقِيِّ إِلٰى أَوْجِ الْمَعَارِفِ وَالْحَقآئِقِ ٬ وَأَفَاضَ عَلَيْهِمْ مِنْ
بُحُوْرِ مَوَاهِبِ الَّلدُنِّـيَّةِ ظُرَفَ اللَّطآئِفِ وَشَوَارِقَ الرَّقآئِق ٬
Dan Allah memberi keistimewaan kepada
siapa yang dikehendaki dan pengikut-pengikut agama-Nya. Dinaikkan ketingkat
ilmu ma'rifat dan haqiqot serta memberi siraman lautan ilmu laduni dan ilmu
lathifah serta pelita ilmu Ke-Tuhanan
فَأَصْبَحُوْا هُدَاةَ الْأُمَّةِ وَقَادَتَهَا
إِلٰى اْلعَزِيْزِ اْلعَلِيْمِ ٬ سَالِكِيْنَ بِعِبَادِ اللهِ تَعَالٰى مِنْ سُبُلِ
اْلإِرْشَادِ أَعْلَى الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمِ ٬
Lantaran itu, mereka jadi juru petunjuk
umat dan perintis kejalan Allah yang Maha Agung lagi Maha Mengetahui, mengajak
hamba-hamba Allah lewat di jalan setinggi-tingginya jalan yang lurus.
وَآلَ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ زَاكِيَ
الصَّلَوَاتِ وَالتَّسْلِيْمِ ٬ وَوَفَّقَنَا لِلْإِهْتِدآءِ بِهُدَاهُمْ وَاْلإِقْتِدآءِ
بِآثَارِهِمْ ٬ وَاْلإِقْتِبَاسِ مِنْ مِشْكَاةِ أَنْوَارِهِمْ فِى حِنْدِسِ الْجَهْلِ
اْلبَهِيْمِ ٬ مَا عَطَّرَتْ مَنَاقِبُهُمْ مَعَاطِسَ اْلأَسْمَاعِ اْلوَاعِيَةِ ٬
وَتُلِيَتْ آيُ فَضآئِلِهِمْ فَكَانَتْ إِلٰى النُّهُوْضِ إِلٰى اللهِ دَاعِيَةً ٬
Dan semoga Allah senantiasa mencurahkan
sholawat dan salamnya kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Dan para sahabatnya
serta orang-orang yang mengikuti agama Islam dan semoga Allah memberikan taufiq
kepada kita untuk memperoleh hidayah melalui petunjuk-petunjuk beliau,
mengikuti amalan-amalannya serta mendapatkan pembagian nur (cahaya) dari
orang-orang tersebut agar dapat menghilangkan kegelapan, kebodohan, selagi
manaqibnya orang-orang tersebut masih harum semerbak, berkumandang didengar,
lestari dawuh dawuh kebenaran riwayat keutamaanya, yang demikian itu akan
membangkitkan semangat ta'at dan kebaktian kepada Allah
( أَمَّا بَعْدُ ) فَيَقُوْلُ الْمُفْتَقِرُ
إِلٰى فَضْلِ الْكَرِيْمِ الْمُنْجِىْ ٬ جَعْفَرُ بْنُ حَسَنِ بْنِ عَبْدِ اْلكَرِيْمِ
اْلبَرْزَنْجِىْ ٬ هٰذِهِ نُبْذَةٌ مِنْ أَحْوَالِ اْلقُطْبِ الرَّبَّانِىِّ ٬ وَالْغَوْثِ
الصَمَدَانِىِّ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيآءِ اْلعَارِفِيْنَ ٬ وَإِمَامَ اْلعُلَمآءِ السَّالِكِيْنَ
النَّاهِلِيْنَ مِنْ بَحْرِ الْحَقِيْقَةِ وَاْلغَارِفِيْنَ ٬ اَلسَّيِّدِ الشَّرِيْفِ
٬ وَالسَّنَدِ اْلغِطْرِيْفِ ٬ اَلْحَسِيْبِ النَّسِيْبِ ٬ ذِى الْمَقَامِ اْلأَعْلىٰ
وَالنَّادِى الرَّحِيْبِ ٬ سَيِّدِى الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ الْجِيْلَانِىّ ٬
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، (اَلْفَاتِحَةُ) بَلَّغَهُ اللهُ تَعَالٰى بِنَفْسِهِ اْلقَوِيِّ
وَالْحَفِيِّ جَنَّةَ اْلقُرْبِ وَاْلأَمَانِيِّ ٬
Adapun setelah itu semua: Maka berkatalah
orang yang membutuh kan kemurahan Dzat yang Maha Mulya dan Maha Penyelamat,
yakni Syaikh Ja'far bin Hasan bin 'Abdil Karim Al-Barzanjiyyu : Kitab manakib
ini hanya merupakan bagian kecil penjelasan perilaku wali Quthub yang bisa
memberi pertolongan, sebagai perantara agar terkabul tujuannya, pimpinan para
wali arif billah, Imamnya para ulama berjalan dijalan Allah untuk meraih lautan
haqiqot, yaitu Sayyid yang mulya, dirinya dijadikan sandaran yang amat indah,
keturunan bangsawan yang memiliki derajat yang tinggi, memiliki perkumpulan
majlis yang besar, yaitu sayyid yang besar, yaitu Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani,
semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), Semoga Allah
Yang Maha Kuat lagi Sempurna menyampaikan Syaikh ke surga yang dekat kepada
Allah dan berhasil harapannya.
وَعِقْدٌ نَظَمْتُه۫ مِنْ فَرآئِدِ عَـمَلِه۪
وَقَوْلِه۪ ٬ لِتَتَشَنَّفَ بِدُرَرِهِ أَسْمَاعُ الْحَاضِرِيْنَ عِنْدَ عَمَلِ مُهِمِّه۪
وَحَوْلِه۪ ٬
Kitab manakib ini bagaikan untaian yang
dirangkum dari berbagai intan permata berisi fatwa-fatwa dan amalan Syaikh
Abdul Qodir Al-Jilani agar dapat dijadikan perhiasan yang diperdengarkan kepada
yang hadir pada saat dibacakan dalam amalan-amalan yang penting dan pada
peringatan-peringatan ulang tahun wafatnya Syakih Abdul Qadir Al-Jilani.
اِنْتَخَبْتُه۫ مِنْ كَلاَمِ بَعْضِ أَرْبَابِ
الطَّرِيْقَةِ ٬ وَمَنْ لَه۫ فِىْ حَضْرَةِ الشَّيْخِ عَقِيْدَةٌ مُحْكَمَةٌ وَمَحَبَّةٌ
وَثِيْقَةٌ ٬ كاَ لشَّيْخِ عَبْدِ اْلوَهَّابِ الشَّعْرَنِىّ اَلَّذِىْ لَاحَ لَهُ
اْلفَلَاحُ ٬ وَالسِّرَاجِ الدِّمَشْقِيِّ صَاحِبِ كِتَابِ نِتَاجِ اْلأَرْوَاحِ ٬
Kitab manaqib ini kami ambilkan dari
keterangan para ulama ahli Thoriqoh dan para ulama yang mempunyai keyakinan
yang mantap, kecintaanya kokoh kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani
seperti waliyullah Syaikh Abdul Wahan As-Sya'roni yang sudah terbukti
keberuntungannya dan waliyullah Syaikh sirojid Dimisqiy penyusun kitab Nitajul
Arwah.
رَغْبَةً فِى نَشْرِ أَحْوَالِ اْلكُمَّلِ
وَبَثِّ مَنَاقِبِ اْلأَخْيَارِ ٬ وَاسْتِنْزَالًا لِصَيِّبِ الرَحَمَاتِ وَاْلبَرَكَاتِ
اْلغِزَارِ ٬ إِذْ بِذِكْرِهِمْ تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمٰوَاتِ اْلعَلِيَّةِ ٬ وَتَنْهَلُّ
مِنْ حَظِيْرَةِ اْلقُدْسِ سُحُبُ اْلفُيُوْضَاتِ اْلإِلٰهِيَّةِ ٬
karena didorong rasa cinta, kami sebar
luaskan manaqib para wali yang telah mencapai tingkat kesempurnaan amalnya,
juga menyebarkan manaqib para wali yang terpilih, serta mengharapkan turunnya
rahmat yang melimpah dan barokah yang banyak, karena dengan menyebut-nyebut hal
ihwal para ulama, waliyullah tersebut, menyebabkan terbukanya barokah dari
pintu langit yang tertinggi, juga turunya mendung kemurahan dari Allah swt.
وَفَصَّلْتُه۫ بِوَسآئِطَ مِنْ لَآلِى التَّرِاضِى
عَنْهُ ٬ وَطَلَبِ اْلإِمْدَادِ بِأَسْرَارِه۪ ٬ فَلْيَجْهَرْ بِذِكْرِهِ الْحَاضِرُوْنَ
عِنْدَ بُلُوْغِ اْلقَارِئِ إِلَيْهَا فِىْ أَخْبَارِه۪ ٬ وَ سَمَّيْتُه۫ بِالُّلجَيْنِ
الدَّانِىّ ٬ فِىْ ذِكْرِ نُبْذَةٍ مِنْ مَنَاقِبِ اْلقُطْبِ الرَّبَّانِىّ ٬ سَيِّدِنَا
الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ الْجِيْلَانِىّ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ)
Dan aku lepaskan/sampaikan dengan
perantara keluarga yanag mendapat ridho serta memohon pertolongan dengan egala
kerahasian-Nya. maka keraskan/semarakkan dengan dzikir. Orang-orang yang
mengharap dzikir pembaca sampai kepadanya dengan segala kabarnya dan saya
menamakan sebagai perak yang hina dalam mengingat/ berdzikir sebagaian dari
sifat (kebaikan) yang dimiliki junjungan kita Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani,
semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah),
(فَأَقُوْلُ) هُوَ الشَّيْخُ الْكَامِلُ ٬ وَالْجِهْبِذُ اْلوَاصِلُ ٬
ذُو الْمَقَامَاتِ اْلعَالِيَةِ الشَّرِيْفَةِ ٬ وَاْلأَقْدَامِ الرَّاسِخَةِ ٬ وَالتَّمَكُّنِ
التَّامِّ وَاْلأَحْوَالِ الْمُنِيْفَةِ ٬ وَالْكَمَالَاتِ الشَّامِخَةِ ٬ اَلْقُطْبُ
الرَّبَّانِىّ ٬ وَالنُّوْرُ السَّاطِعُ اْلبُرْهَانِىّ ٬ وَالْهَيْكَلُ الصَّمَدَانِىّ
٬ وَاْلغَوْثُ النُّوْرَانِىّ ٬ وَهُوَ أَبُوْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اْلقَادِرِ الْجِيْلَانِىّ
٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) اِبْنُ أَبِىْ صَالِحِ مُوْسٰى جَنْكِىْ دَوْسَتْ ٬
Maka kami katakan : Bahwa Kanjeng Syaikh
adalah menjadi Syaikhuts tsaqolain, yaitu Syaikhnya jin dan manusia yang
sempurna, juga wali yang mempunyai kewaspadaan yang sempurna wusul kepada Allah
dan mempunyai kedudukan luhur lagi mulya serta mempunyai martabat yang tetap
dan derajat yang sempurna dan perilaku yang luhur serta kesempurnaan yang
tinggi, juga menjadi wali Quthub yang ahli ma'rifat kepada Allah, dan menjadi
pemimpin pertolongan penerangan hati, yaitu Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jilani,
semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), putra Syaikh
Abi Sholih Musa Janki Dausat.
وَقِيْلَ : جَنْكَا دَوْسَتْ ٬ اِبْنِ عَبْدِ
اللهِ بْنِ يَحْيٰى الزَّاهِدِ ابْنِ مُحَمَّدِ ابْنِ دَاو۫دَ بْنِ مُوْسٰى ابْنِ عَبْدِ
اللهِ ابْنِ مُوْسٰى الْجُوْنِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ الْمَحْضِ ابْنِ الْحَسَنِ الْمُثَنَّى
ابْنِ الْحَسَنِ السِّبْطِ ابْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِىْ طَالِبٍ ٬ وَابْنِ فَاطِمَةَ
الزَّهْرآءِ اْلبَتُوْلِ ٬ بِنْتِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الرَّسُوْلِ ٬
Disebut juga : Janka Dausat putranya
Syaikh Abdillah bin Yahya Az-Zahid bin Musa Al-Juni bin Abdillah Al-Mahdli bin
Al-Hasan Al-Mutsanna bin Al-Hasan As-Sibthi bin Ali bin Abi Tholib. Dan
putranya Syarifah Fatimah Az-Zahro' Putri dari junjungan kita Muhammad saw yang
menjadi Rasul.
نَسَبٌ كَأَنَّ عَلَيْهِ مِنْ شَمْسِ الضُّحٰى
نُوْرًا ٬ وَمِنْ فَلَقِ الصَّبَاحِ عَمُوْدًا
نَسَبٌ لَه۫ فِىْ وَجْهِ آدَمَ لُمْعَةٌ
٬ مُنِحَتْ مَلآئِكَةُ السَّمآءِ سُجُوْدًا
نَسَبٌ كِتَابُ اللهِ أَوْفٰى حُجَّةً
٬ فِىْ مَدْحِه۪ مَنْ ذَا يَرُوْمُ جُحُوْدًا
Nasab atau silsilah keturunan Sayikh
Abdul Qodir Itu bagaikan matahari di waktu duha٭
bagaikan siang untuk munculnya cahaya waktu subuh. ٭
Silsilah keturunan Syaikh ini sudah melekat diwajah Nabi Adam as ٭ karena itu malaikat langit diperintah sujid kepada Adam as ٭ Juga nasab ini sudah disanjung dalam kitabnya Allah٭ karenanya siapa yang sengaja ingkar silsilahnya akan
terkalahkan dalilnya ٭
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وُلِدَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِجِيْلَانَ
٬ وَهِيَ بِلَادٌ مُتَفَرِّقَةٌ مِنْ وَرآءِ طَبَرِسْتَانَ ٬ فِىْ سَنَةِ إِحْدٰى وَسَبْعِيْنَ
وَأَرْبَعِ مِائَةٍ ٬ وَكَانَ فِىْ طُفُوْلِيَّتِه۪ يَمْتَنِعَ مِنَ الرَّضَاعَةِ فِىْ
نَهَارِ رَمَضَانَ ٬ عِنَايَةً مِنَ اللهِ تَعَالٰى بِه۪ ٬ وَلَمَّا تَرَعْرَعَ وَسآرَ
إِلٰى طَلَبِ اْلعُلُوْمِ وَقَصَدَ كُلَّ مِفْضَالٍ عَلِيْمٍ ٬ وَمَدَّ يَدَه۫ إِلٰى
اْلفَضآئِلِ فَكَانَ أَسْرَعَ مِنْ خَطْوِ الظَّلِيْمِ ٬
Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani,
mudah-mudahan Allah meridhoinya, dilahirkan di dusun Jilan, kota terpencil di
luar kota Tobaristan, pada tanggal 1 Ramadhan 471 H. Pada waktu beliau masih
bayi, disiang hari bulan Ramadhan, beliau tidak mau menetek (menyusu), karena
inayah dari Allah kepada beliau. Dan ketika usianya mendekati baligh, Kanjeng
Syaikh gemar mempelajari ilmu pengetahuan, mengunjungi para ulama yang mulia
lagi berpengetahuan tinggi, dengan amalan-amalan sholihnya mencapai derajat
yang utama, maka kemajuannya dalam bidang ilmu dan amal-amal utamanya sangat
maju bahkan ibarat lebih dari burung merak.
وَتَفَقَّهَ بِأَبِى اْلوَفاَ عَلِيِّ ابْنِ
عَقِيْلٍ ٬ وَأَبِى الْخَطَّابِ الْكَلْوَذَانِىّ مَحْفُوْظِ بْنِ أَحْمَدَ الْجَلِيْلِ
٬ وَأَبِى الْحُسَيْنِ مُحَمَّدِ ابْنِ اْلقَاضِىْ أَبِىْ يَعْلىٰ ٬ وَغَيْرِهِمْ مِمَّنْ
تُنَصُّ لَدَيْهِ عَرآئِسُ اْلعُلُوْمِ وَتُجَلّٰى ٬ وَقَرَأَ الْأَدَبَ عَلىٰ أَبِىْ
زَكَرِيَّا يَحْيٰى ابْنِ عَلِيِّ التِّبْرِيْزِىْ ٬ وَاقْتَبَسَ مِنْهُ أَيَّ اقْتِبَاسٍ
٬ وَأَخَذَ عِلْمَ الطَّرِيْقَةِ عَنِ اْلعَارِفِ بِاللهِ الشَّيْخِ أَبِى الْخَيْرِ
حَمَّادِ بْنِ مُسْلِمِ الدَّبَّاسِ ٬
Kanjeng Sayikh ra. belajar ilmu fiqih
kepada Syaikh Abil Wafa Ali bin Aqil dan kepada Syaikh Abil Khotob
Al-Kalwadzani Mahfudh bin Ahmad Al-Jalil, dan Kepada Syaikh Abil Husaini
Muhammad bin Al-Qodli abi Ya'la, Juga kepada para ulama yang nampak ilmunya
luhur serta derajatnya yang mulya. Dibidang adab Kanjeng Syaikh belajar kepada
Syaikh Abi Zakariya yahya bin Ali Ath-Tibrizi. Disitulah Kanjeng Syaikh
mengunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mengali berbagai hal yang
bermanfa'at dan berguna. Kemudian Kanjeng Syaikh berbai'at belajar ilmu
thoriqoh kepada seorang Guru yang Mursid arif billah, yaitu Syaikh Abil Khoiri
Hammad bin Muslim Ad-Dabbas.
وَلَبِسَ مِنْ يَدِ اْلقَاضِىْ أَبِىْ سَعِيْدِ
الْمُبَارَكِ الْخِرْقَةَ الشَّرِيْفَةَ الصُّوْفِيَّةَ ٬ وَتَأَدَبَّ بِآدَابِهِ اْلوَفِيَّةِ
٬ وَلَمْ يَزَلْ مَلْحُوْظًا بِالْعِنَايَةِ الرَّبَّانِيَّةِ ٬ عَارِجًا فِى مَعَارِجِ
اَْلكَمَالَاتِ بِهِمَّتِهِ اْلأَبِيَّةِ ٬ آخِذًا نَفْسَه۫ بِالْجِدِّ مُشَمِّرًا
عَنْ سَاعِدِ اْلإِجْتِهَادِ نَابِذًا لِمَأْلُوْفِ اْلإِسْعَافِ وَاْلإِسْعَادِ ٬
حَتّٰى أَنَّه۫ مَكَثَ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ سَنَةً سآئِرًا فِى صَحْرآءِ الْعِرَاقِ
وَخَرَايَاتِه۪ ٬ لَا يَعْرِفُ النَّاسَ وَلَا يَعْرِفُوْنَه۫ ٬ فَيَعْدِلُوْنَه۫ عَنْ
أَ مْرِه۪ وَيَصْرِفُوْنَه۫ ٬ وَقَاسٰى فِىْ بِدَايَةِ أَمْرِهِ اْلأَخْطَارُ ٬ فَمَا
تَرَكَ هَوْلًا إِلَّارَكِبَه۫ وَقَفَّرَ مِنْهُ اْلقِفَارُ ٬
Kemudian Kanjeng Syaikh meneruskan bai'at
toriqohnya kepada Syaikh Qodli Abi Sa'id Al-Mubarok hingga mendapat ijin
menjadi Syaikh mursid yang adabiyahnya meniru Syaikh mursyidnya yang sudah
sempurnya dan tidak henti-hentinya terpeliharah dari inayah Allah, sehingga
derajat kewaliannya terus naik ketingkat kesempurnaan, karena cita-citanya yang
luhur beliau dapat mengalahkan sifat yang tercela dan nafsu syaithoniyah yang
menyesatkan, juga cancut tali wondo beliau meniggalkan apa yang menjadi
kesenangannya dan hal-hal yang mubah (boleh), juga meningalkan keramaian dunia,
pergi mengembara ke hutan di negeri Irak selama dua puluh lima tahun sehingga
tidak mengenal orang dan tidak dikenal orang, bahkan banyak orang yang
mencemooh dan tidak mau memperdulikan, karena keluarga yang menjadi tanggung
jawabnya seakan-akan diabaikan. Pada permulaan beliau melakukan pengembaraan
memang dirasakan banyak menghadapi tantangan serta kehawatiran-kehawatiran,
tetapi semua hambatan itu dapat dihadapi dengan tabah dan tetap melanjutkan
pengembaraan kehutan belantara.
وَكَانَ لِبَاسُه۫ جُبَّةَ صُوْفٍ وَعَلىٰ
رَأْسِه۪ خُرَيْقَةٌ يَمْشِىْ حَافِيًا فِى الشَّوْكِ وَاْلوَعِرْ ٬ لِعَدَمِ وِجْدَانِه۪
نَعْلًا يَمْشِيْ فِيْهَا ٬ وَيَقْتَاتُ ثَمَرَ اْلأَشْجَارِ وَقُمَامَةَ اْلبَقْلِالتُّرْمٰى
٬ وَوَرَقَ الْحَشِيْشِ مِنْ شَاطِئِى النَّهْرِ ٬ وَلَايَنَامُ غَالِبًا وَلَايَشْرَبُ
الْمَاءَ ٬
pakaian yang dipakai jubah dari bulu,
kepalanya ditutup sobekan kain, berjalan tanpa sandal, melalui tempat-tempat
berduri di tanah-tanah terjal, yang demikian itu karena beliau tidak menemukan
sandal, makanan nya buah buahan yang masih dipohon, sayur yang sudah dibuang,
daun-daun rerumputan yang berada di tepi-tepi sungai, bahkan lebih banyak tidur
dan tidak minum.
وَبَقِيَ مُدَّةً لَمْ يَأْكُلْ فِيْهَا
طَعَامًا ٬ فَلَقِيَه۫ إِنْسَانٌ فَأَعْطَاهُ صُرَّةَ دَرَاهِمَ إِكْرَامًا ٬ فَأَخَذَ
بِبَعْضِهَا خُبْزًا سَمِيْدًا وَخَبِيْصًا ٬ وَجَلَسَ لِيَأْكُلَ وَإِذًا بِرُقْعَةٍ
مَكْتُوْبٍ فِيْهَا ٬ إِنَّمَا جُعِلَتِ الشَّهَوَاتُ لِضُعَفآءِ عِبَادِيْ لِيَسْتَعِيْنُوْا
بِهَا عَلَى الطَّاعَاتِ ٬ وَأَمَّا اْلأَقْوِيآءُ فَمَا لَهُمُ الشَّهَوَاتُ ٬ فَتَرَكَ
الْأَكْلَ ٬ وَأَخَذَ الْمِنْدِيْلَ وَتَرَكَ مَا كَانَ فِيْهِ ٬ وَتَوَجَّهَ فِى اْلقِبْلَةِ
وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَانْصَرَفَ ٬ وَفَهِمَ أَنَّه۫ مَحْفُوْظٌ وَمُعْتَنًى بِه۪
وَعَرَفَ ٬
Pernah berhari-hari tidak makan apapun,
tiba-tiba dijumpai seseorang yang kemudian memberinya sebuah kantong yang
berisi penuh dengan uang dirham sebagai penghargaan kepada beliau. Kemudian
diambilnya sebagian untuk membeli tepung, jenang dari kurma dan samin dan
duduklah Kanjeng Syaikh untuk menikmati makanan tersebut. Dengan tiba-tiba ada
sebuah kertas yang jatuh, tulisanya berbunyi : Syahwat itu dijadikan untuk
hamba-hamba-Ku yang lemah, sebagai perantara untuk melaksanakan ta'at kepada
Allah, sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang kuat, tentu tidak mempunyai kesenangan
syahwat apapun, seketika itu beliau meninggalkan makan, mengambil saputangan
untuk membungkus nya dan ditinggalkannya lalu menghadap kiblat shalat dua
rakaat, dan kemudian meninggalkan tempat itu. atas kejadian ini beliau sadar,
bahwa dirinya dijaga oleh Allah dan selalu dalam pertolongan-Nya.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وَرَافَقَهُ الْخَضِرُ عَلىٰ نَبِيِّنَا
وَعَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ أَوَّلَ دُخُوْلِه۪ اْلعِرَاقَ ٬ وَلَمْ
يَكُنِ الشَّيْخُ يَعْرِفُه۫ ٬ وَشَرَّطَ عَلَيْهِ الْخَضِرُ أَنْ لَا يُخَالِفَه۫
وَالْمُخَالَفَةُ سَبَبُ اْلفِرَاقِ ٬ فَقَالَ لَه۫ الْخَضِرُ : أُقْعُدْ هٰهُنَا
! فَقَعَدَ فِى الْمَكَانِ الَّذِىْ أَشَارَ بِاْلقُعُوْدِ فِيْهِ ثَلَاثَ سِنِيْنَ
٬ يَأْتِيْهِ فِىْ كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً ٬ وَيَقُوْلُ لَه۫ : لَاتَبْرَحْ عَنْ مَكَانِكَ
حَتّٰى آتِيَكَ ٬
Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ra
pertama masuk kota Irak ditemani Nabi Khidir atasnya sutama-utama shalawat dan
salam. Dan beliau belum mengenalnya yang kemudian Nabi Khidir memberikan
persyaratan-persyaratan yang tidak boleh sekali-kali menyimpang, karena
penyimpangan akan menjadi sebab perpisahan keduanya. maka Nabi Khidir berpesan
kepada Syaikh : Duduklah ditempat ini. Maka duduklah Kanjeng Syaikh di tempat
yang disyaratkan sampai tiga tahun yang setiap tahun sekali Nabi Khidir datang
ke situ. Dan kemudian berpesan lagi : Jangan sekali-kali meningalkan tempat
ini, sampai aku datang lagi.
وَنَامَ مَرَّةً فِىْ إِيْوَانِ كِسْرٰى
مِنَ الْمَدآئِنِ فِىْ لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ ٬ فَاحْتَلَمَ وَذَهَبَ إِلَى الشَّطِّ وَاغْتَسَلَ
٬ ثُمَّ نَامَ فَاحْتَلَمَ وَذَهَبَ إِلَى الشَّطِّ وَاغْتَسَلَ ٬ وَوَقَعَ لَه۫ ذٰلِكَ
فِىْ تِلْكَ الَّليِلَةِ أَرْبَعِيْنَ مَرَّةً ٬ ثُمَّ صَعِدَ عَلىٰ جِدَارِ اْلإِيْوَانِ
خَوْفًا مِنَ النَّوْمِ مُحَافَظَةً عَلَى الطَّهَارَةِ ٬ وَكَانَ كُلَّمَا أَحْدَثَ
تَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ٬ وَلَايَجْلِسُ عَلىٰ حَدَثٍ قَطٌّ ٬
Pernah pada waktu riyadloh Kanjeng Syaikh
tertidur di emperan istana raja Madani dimalamnya yang sangat dingin, tiba-tiba
mimpi mengeluar kan mani, seketika itu bangunlah beliau lalu pergi ke sungai
untuk mandi. Kemudian tidur lagi dam mimpi yang sama, bangunlah beliau dan
pergi ke sungai mandi lagi, kejadian itu sampai empat puluh kali dalam semalam
itu juga. Kemudian Kanjeng Syaikh naik di atas pagar tembok emperan agar tidak
tertidur lagi demi menjaga kelanggengan suci dari hadats. Kebiasaan Kanjeng Syaikh
bila berhadats terus berwudhu lalu shalat sunnah dua rakaat sehingga senantiasa
suci dan tidak pernah menanggung hadats.
وَلَمْ يَزَلِ اْلإِجْتِهَادُ دَأْبَه۫
حَتّٰى طَرَقَه۫ مِنَ اللهِ الْحَالِ ٬ وَآنَ أَوَانَ اْلِوصَالِ ٬ وَبَدَتْ لَه۫ أَنْوَارُ
الْجَمَالِ ٬ فَخَرَجَ عَلىٰ وَجْهِه۪ اْلوَجِيْهِ ٬ لِايَعِىْ غَيْرَمَا هُوَ فِيْهِ
٬ وَيَتَظَاهَرُ بِالتَّخَارُسِ وَالْجُنُوْنِ حَتّٰى حُمِلَ إِلَى الْمَارَسْتَانِ
مَرَّاتٍ إِلَى أَنِ اشْتَهَرَ أَمْرُه۫ ٬ وَفَاقَ أَهْلَ عُصْرِه۪ عِلْمًا وَعَمَلًا
وَزُهْدًا وَمَعْرِفَةً وَرِيَاسَةً وَقَبُوْلًا ٬ وَطَارَ صِيْتُه۫ وَسَارَ ذِكْرُه۫
مَسِيْرَ الشَّمْسِ ٬
Tiada henti-hentinya Kanjeng Syaikh
kesungguhannya dalam menjaga wudhu, bahkan hal yang demikian itu menjadi
kebiasaan sampai ketingkat wusul kepada Allah swt nampak jelas pancaran nur
kewaliannya, sehingga nampak pula diwajahnya cemerlang sifat keluhuran,
menghindari segala apa yang harus dihindari, bahkan pernah berpura pura bisu,
gila, sampai berkali-kali dibawa ke kota Marostan untuk diobatkan yang demikian
itu malah membuat tersohor kewaliannya melebihi ulama pada zamannya. Dibidang
keilmuannya dan amalannya, zuhud dan ma'rifatnya, ketokohan dan fatwa-fatwanya
dapat diterima siapa saja yang mendengarkan sehingga nama baiknya tersebar
dimanca negara bagaikan peredaran surya.
وَحُكِيَ أَنَّهُ اجْتَمَعَ لَه۫ مِائَةُ
فَقِيْهٍ مِنْ عُلَمآءِ بَغْدَادَ ٬ وَجَمَعَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ عِدَّةَ مَسآئِلَ
وَجآئُوْا إِلَيْهِ لِيَمْتَحِنُوْهُ ٬ فَلَمَّا اسْتَقَرُّوْا أَطْرَقَ الشَّيْخُ
فَظَهَرَتْ مِنْ صَدْرِه۪ بَارِقَةٌ مِنْ نُوْرٍ ٬ فَمَرَّتْ عَلىٰ صُدُوْرِ مِائَةَ
فَقِيْهٍ فَمَحَتْ مَافِىْ قُلُوْبِهِمْ ٬ وَبُهِتُوْا وَاضْطَرَبُوْا وَصَاحُوْا صَيْحَةً
وَاحِدَةً وَمَزَّقُوْا ثِيَابَهُمْ وَكَشَفُوْا رُؤ۫سَهُمْ ٬ ثُمَّ صَعِدَ الشَّيْخُ
عَلَى اْلكُرْسِيِّ وَأَجَابَ عَنْ جَمِيْعِ مَسآئِلِهِمْ ٬ فَاعْتَرَفُوْا بِفَضْلِه۪
وَخَضَعُوْا لَه۫ ذٰلِكَ الْوَقْتِ ٬
Diceritakan : Pernah pada suatu ketika
seratus ulama ahli fiqih Baghdad berkumpul masing masing membawa masalah,
kemudian dikumpulkan, dan menghadap Kanjeng Syaikh perlu menguji kemampuan nya,
setelah ulama itu duduk dalam majlis, Kanjeng Syaikh pun menunduk kan kepala,
tiba-tiba keluarlah cahaya bersinar dari dadanya menembus ke dada para ulama
itu, maka hilanglah apa yang ada pada hati mereka, sampai pada masalah-masalah
yang sudah matang dipersiapkan hilang begitu saja, para ulama tadi menjadi
kebingungan, gemetar dan seakan-akan tidak berdaya juga kesadarannya,
menyobek-nyobek pakaian dan membuka tutup kepalanya. Kemudian Kanjeng Syaikh
naik ke kursinya seraya memberikan jawaban yang sudah tersimpan dari
masing-masing ulama tersebut, setelah lengkap memberikan jawaban
masalah-masalah itu semua, para ulama tadi baru mengakui akan kelebihan Kanjeng
Syaikh, lalu mereka tunduk.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقْرَأُ فِىْ
ثَلَاثَةَ عَشَرَ عِلْمًا ٬ اَلتَّفْسِيْرَ وَالْحَدِيْثَ وَالْخِلَافَ وَاْلأُصُوْلَ
وَالنَّحْوَ وَاْلقِرَاءَةَ وَغَيْرَ ذٰلِكَ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, tiap-tiap hari mengajarkan tiga belas
macam ilmu yaitu : Tafsir Al-Qur'an, Hadits, ilmu Khilaf, ilmu Ushul yakni
Ushulul Kalam/ Ushulul Fiqih, ilmu Nahwu, ilmu Qiro'a/Fajwid, ilmu
qiro'a/Tajwid, ilmu Huruf, ilmu Arudl/Qowaafi, ilmu Ma'aani, ilmu Badi', ilmu
Bayan, ilmu Manthig, dan ilmu Tashowuf/Thoriqoh.
وَكَانَ يُفْتِىْ عَلىٰ مَذْهَبِ اْلإِمَامِ
الشَّافِعِىّ ٬ وَاْلإِمَامِ أَحْمَدَ ابْنِ حَنْبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ٬
Beliau memberi fatwa mengikuti madzhab
Imam Syafi'i dan imam Hambali, semoga Allah meridloi keduanya.
وَكَانَ عُلَمآءُ اْلعِرَاقِ يَتَعَجَّبُوْنَ
مِنْ فَتْوَاهُ ٬ وَيَقُوْلُوْنَ : سُبْحَانَ مَنْ أَعْطَاهُ ٬ وَرُفِعَ إِلَيْهِ مَرَّةً
سُؤَالٌ عَجَزَ اْلعُلَمآءُ عَنْ جَوَابِه۪ ٬ صُوْرَتُه۫ رَجُلٌ حَلَفَ باِلطَّلَاقِ
الثَّلَاثِ أَنَّه۫ لَابُدَّ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ تَعَالٰى ٬ عِبَادَةً يَنْفَرِدُ
بِهَا دُوْنَ الْخَلآئِقِ أَجْمَعِيْنَ فِىْ ذٰلِكَ الْوَقْتِ ٬ فَمَا خِلَاصُه۫ ؟
فَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى اْلفَوْرِ ٬ خِلَاصُه۫ أَنْ يَأْتِيَ مَكَّةَ الْمُكَرَّمَةَ
٬ وُيُخَلِّيَ الْمَطَافَ لَه۫ فَيَطُوْفُ أُسْبُوْعًا وَاحِدَةً ٬ وَتَنْحَلُّ يَمِيْنُه۫
٬ فَلِلّٰهِ دَرُّه۫ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Ulama Iraq kagum atas fatwa beliau,
sehingga terlontar ucapan dari mereka Maha Suci Allah yang memberikan kepadanya
ilmu yang begitu luas. Pernah Kanjeng Syaikh diberi suatu masalah karena semua
ulama Baghdad tidak mampu menjawabnya, masalah itu adalah : Ada seseorang yang
bersumpah kalau istrinya jadi ditalaq tiga, maka orang tadi harus melakukan
ibadah kepada Allah ta'ala, yang ibadahnya tidak sedang dikerjakan orang lain
pada waktu itu. Bagaimana orang itu bisa selamat dari sumpahnya dan ibadah apa
yang harus ia kerjakan? Maka Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan
kepada beliau, menjawab seketika : Agar orang tadi selamat dari sumpahnya, maka
ia harus pergi ke Mekkah Al-Mukarromah, menunggu sepinya orang melakukan
thawaf, bila sudah sepi lalu mengerjakan thowaf tujuh kali. Maka kepada Allah
lah Kanjeng Syekh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
mengembalikan segala urusan. Dengan demikaian berarti telah lepas dari
sumpahnya dan tidak punya tanggungan apa-apa.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وَكَانَ يَلْبَسُ لِبَاسَ الْعُلَمآءِ
٬ وَيَتَطَيْلَسُ وَيَرْكَبُ اْلبَغْلَةَ وَتُرْفَعُ اْلغَاشِيَةُ ٬ وَإِذَا تَكَلَّمَ
جَلَسَ عَلىٰ كُرْسِيِّ عَالٍ ٬ وَكَانَ فِىْ كَلَامِه۪ سُرْعَةٌ وَجَهْرٌ ٬ وَرُبَّمَا
خَطَا فِى الْهَوآءِ عَلىٰ رُؤ۫سِ اْلأَشْهَادِ ٬ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى اْلكُرْسِيِّ
٬ وَكَانَ وَقْتُه۫ كُلُّه۫ مَعْمُوْرًا بِالطَّاعَاتِ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh berpakaian, pakaian
ulama Jubah besar yaitu pakaian yang menutupi muka dan kepala, dan kendaraannya
bighol/keledai. Untuk menghormati tamu beliau membuka kerudungnya dan waktu
mengajar beliau duduk di kursi yang tinggi agar bisa dilihat dan didengar,
ucapanya terang dan lantang. Kadang-kadang Kanjeng Syaikh bagaikan berjalan
diangkasa, kemudian kembali lagi ke kursinya, hal itu disaksikan orang-orang
yang hadir, waktunya hanya diperuntuk kan ta'at kepada Allah semata
قَالَ خَادِمُهُ الشَّيْخُ أَبُوْ عَبْدِ
اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اْلفَتَّاحِ الْهَرَوِىّ : خَدَمْتُ الشَّيْخِ عَبْدِ
اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) مُدَّةَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً ٬ وَكَانَ
يُصَلِّى الصُّبْحَ بِوُضُوْءِ الْعِشآءِ هٰذِهِ الْمُدَّةَ كُلَّهَا ٬ وَكَانَ إِذَا
أَحْدَثَ جَدَّدَ فِىْ وَقْتِه۪ وُضُوْءَه۫ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ٬ وَكَانَ إِذَا
صَلَّى الْعِشآءَ دَخَلَ خَلْوَتَه۫ فَلَا يُمْكِنُ أَحَدًا أَنْ يَدْخُلَهَا مَعَه۫
وَلَا يَفْتَحَهَا ٬ وَلَا يَخْرُجُ مِنْهَا إِلَّا عِنْدَ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ ٬ وَلَقَدْ
أَتَاهُ الْخَلِيْفَةُ مِرَارًا بِالَّليْلِ يَقْصِدُ اْلإِجْتِمَاعَ بِه۪ فَلَا يَقْدِرُ
عَلىٰ ذٰلِكَ ٬
Pembantu dekatnya yakni Syaikh Abu
Abdillah Muhammad bin Abdil Fatah Al-Harowi Mengatakan : Saya menjadi
pelayannya Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada
beliau, (Al-Faatihah) selama empat puluh tahun, adalah beliau selama itu bila
shalat subuh masih menggunakan wudhunya shalat isya'. Kalau berhadats segera
memperbaruhi wudhunya. kemudian mengerjakan shalat sunnah dua rakaat. Adalah
Kanjeng Syaikh setelah shalat isya' masuk kamar pribadi, tidak seorangpun dapat
masuk dan membukanya, tidak akan keluar sebelum terbit fajar. Raja Baghdad
sudah berkali-kali benar-benar ingin bertemu dengan beliau pada malam hari,
tidak juga bisa bertemu.
وَقَالَ ابْنُ أَبِى الْفَتْحِ : بِتُّ
لَيْلَةً عِنْدَه۫ فَرَأَيْتُه۫ يُصَلِّىْ أَوَّلَ الَّليْلِ يَسِيْرًا ٬ ثُمَّ يَذْكُرُ
اللهَ تَعَالٰى إِلٰى أَنْ يَمْضِيَ الثُّلُثُ اْلأَوَّلُ مِنَ الَّليْلِ ٬ ثُمَّ يَقُوْلُ
٬ اَلْمُحِيْطُ الرَّبُّ الشَّهِيْدُ الْحَسِيْبُ اْلفَعَّالُ الْخَلَّاقُ الْخَالِقُ
اْلبَارِئُ الْمُصَوِّرُ تِسْعَةُ أَلْفَاظٍ ٬ وَيَرْتَفِعُ فِى الْهَوآءِ إِلٰى أَنْ
يَغِيْبَ عَنْ بَصَرِىْ ٬ ثُمَّ يُصَلِّىْ قَائِمًا عَلىٰ قَدَمَيْهِ يَتْلُو الْقُرْآنَ
إِلٰى أَنْ يَذْهَبَ الثُّلُثُ الثَّانِىْ ٬ وَكَانَ يُطِيْلُ سُجُوْدَه۫ جِدًّا ٬
ثُمَّ يَجْلِسُ مُتَوَجِّهًا مُرَاقِبًا إِلٰى طُلُوْعِ اْلفَجْرِ ٬ ثُمَّ يَأْخُذُ
فِى اْلإِبْتِهَالِ وَالدُّعآءِ وَالتَّذَلُّلِ ٬ وَيَغْشَاهُ نُوْرٌ يَكَادُ يَخْطَفُ
بِاْلأَبْصَارِ إِلٰى أَنْ يَغِيْبَ فِيْهِ عَنِ النَّظَرِ ٬ قَالَ وَكُنْتُ أَسْمَعُ
عِنْدَه۫ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ٬ وَهُوَ يَرُدُّ السَّلَامَ إِلٰى
أَنْ يَخْرُجَ لِصَلَاةِ اْلفَجْرِ ٬
Syaikh Abdul Fatah berkata : Pernah saya
bermalam semalam di rumah beliau, maka saya tahu beliau shalat sunnah sebentar
pada permulaan malam, kemudian berdzikir kepada Allah sampai melewati sepertiga
dari permulaan malam. Kemudian beliau membaca Asma A'dhom sembilan yaitu :
Al-Muhiithu, Arrobbu, Asy-Syahiidu, Al-Hasibu, Al-Fa'aalu, Al-Khollaaqu,
Al-Kholiqu, Al-Bari-u, Al-Mushowwiru, dan naik ke angkasa sampai hilang dari
pandanganku. Setelah kembali lagi ke kamarnya, kemudian shalat berdiri di atas
kedua kaki serta membaca Al-Qur'an sampai habis waktu sepertiga malam yang
kedua. Adalah shalat beliau sujudnya sangat panjang, kemudian duduk menghadap
kan jiwanya kehadirat Allah, muroqobah kepada-Nya sampai terbit fajar dengan
sopan dan merendah berdo'a kepada Allah sehingga beliau tertutup penuh oleh
cahaya terang, dengan nampak terang jelas, sehingga menyilaukan pandangan mata
sampai Kanjeng Syaikh tidak terlihat karena tertutup oleh Nur/Cahaya. Syaikh
Ibnu Abil Fatah juga berkata : Kemudian saya mendengar disampingnya ada yang
mengucapkan salam Assalaamu'alaikum, kemudian Kanjeng Syaikh menjawabnya,
keadaan demikian ini terjadi sampai Kanjeng Syaikh mengerjakan shalat Fajar.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ
: لَايَنْبَغِىْ لِفَقِيْرٍ أَنْ يَتَصَدّٰى وَيَتَصَدَّرَ لِإِرْشَادِ النَّاسِ ٬ إِلَّا أَنْ أَعْطَاهُ اللهُ عِلْمَ اْلعُلَمآءِ
وَسِيَاسَةَ الْمُلُوْكِ وَحِكْمَةِ الْحُكَمآءِ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, telah berkata : Tidak boleh terjadi
sebagai seorang ahli tasawuf, siap dan bertindak sebagai juru penerang/ guru
mursyid, kecuali sudah mendapat anugerah Allah ilmunya, politiknya pimpinan
negara, ilmu hikmahnya para ahli hukum.
قَالَ وَرُفِعَ إِلَيْهِ مّرَّةً شَخْصٌ
إِدَّعٰى أَنَّه۫ يَرَى اللهَ تَعَالٰى بِعَيْنِى رَأْسِه۪ ٬ فَقَالَ لَه۫ : أَحَقٌّ
مَا يَقُوْلُوْنَ عَنْكَ ؟ فَقَالَ نَعَمْ ٬ قَالَ : فَزَجَرَه۫ وَانْتَـهَرَه۫ وَعَاهَدَه۫
عَلىٰ أَنْ لَا يَعُوْدَ إِلٰى ذِكْرِ ذٰلِكَ ٬ ثُمَّ اْلتَفَتَ الشَّيْخُ إِلَى الْحَاضِرِيْنَ
السّآئِلِيْنَ لَه۫ أَمُحِقٌّ هٰذَا أَمْ مُبْطِلٌ ؟ فَقَالَ : هُوَ مُحِقٌّ فِىْ قَوْلِه۪
مُلْتَبَسٌ عَلَيْهِ ٬ وَذٰلِكَ أَنَّه۫ شَهِدَ بِبَصِيْرَتِه۪ نُوْرَ الْجَمَالِ
٬ ثُمَّ خُرِقَ مِنْ بَصِيْرَتِه۪ مَنْفَذٌ فَرَآى بَصَرُه۫ بَصِيْرَتَه۫ وَشُعآئُهَا
مُتَّصِلٌ بِنُوْرِ شُهُوْدِه۪ ٬ فَظَنَّ أَنَّ بَصَرَه۫ رَآى مَا شَهِدَتْهُ بَصِيْرَتُه۫
٬ وَإِنَّمِا رَآى نُوْرَ بَصِيْرَتِه۪ قَطُّ وَهُوَ لَا يَدْرِىْ ٬ فَاضْطَرَبَ اْلعُلَمآءُ
وَالصُّوْفِيَّةُ مِنْ سَمَاعِ ذٰلِكَ الْكَلَامِ وَدُهِشُوْا ٬
Syaikh Ibnu Fatah juga mengatakan : Pada
suatu hari ada seorang melapor kepada Kanjeng Syaikh, ia mengaku pernah melihat
Allah ta'ala dengan kedua matanya. Maka beliau bertanya : Benarkah apa kata
orang-orang bahwa engkau pernah melihat Allah dengan kedua matamu? Maka orang
tersebut menjawab : Iya benar. Syaikh Ibnu Abil Fatah selanjutnya melarang
mengatakan bahwa mendengar jawaban orang tersebut, Kanjeng Syaikh melarang
mengatakan yang demikian seraya membentaknya dengan berpesan agar berhati-hati
jangan sampai ucapanya diulang kembali. Kemudian beliau menoleh kepada mereka
diantara yang hadir sedang menanyakan : Pengakuan seprti itu benar atau salah ?
Jawab Kanjeng Syaikh, ia benar, tapi dalam kebimbangan, sesungguhnya yang
melihat nur keindahan Allah itu adalah mata hatinya, yang kemudian mata hatinya
menembus kedua mata kepalanya, maka mata kepalanya lalu bisa melihat mata
hatinya, cahaya mata hatinya menyatu dengan cahaya keindahan Allah, sehingga
orang itu ber-prasangka bahwa mata kepalanya melihat apa yang sebenarnya
dilihat mata hatinya. Sesungguhnya yang dapat melihat cahaya keindahan Allah
hanyalah mata hati, tetapi ia belum mengerti. Mendengar jawaban kanjeng syakih
tadi, para ulama dan ahli thoriqoh gemetar dan kebingungan.
قَالَ : وَذُكِرُ أَنَّه۫ يُرٰى لَه۫ مَرَّةً
مِنَ الْمَرَّاتِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ أَضآءَ بِهِ اْلأُفُقُ ٬ وَبَدَا لَه۫ ذٰلِكَ النُّوْرِ صُوْرَةٌ ٬ فَنَادَتْنِىْ
يَا عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) أَنَا رَبُّكَ وَقَدْ
أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ ٬ فَقُلْتُ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
٬ إِخْسَأْ يآ لَعِيْنُ ٬ قَالَ : فَإِذَا بِذٰلِكَ النُّوْرِ ظُلَامٌ - وَالصُّوْرَةِ
دُخَانٌ ٬ ثُمَّ صَرَخَ : يَا عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ)
نَجَوْتَ مِنِّىْ بِعِلْمِكَ بِحُكْمِ رَبِّكَ وَفِقْهِكَ فِىْ إِحْكَامِ مَنَازِلِكَ
٬ وَلَقَدْ أَضْلَلْتُ بِمِثْلِ هٰذِهِ اْلوَاقِعَةِ سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الطَّرِيْقِ
٬ فَقُلْتُ : لِرَبِّى َاْلفَضْلُ وَالْمِنَّةُ
٬ فَقِيْلَ لِلشَّيْخِ : بِمَ عَرَفْتَ أَنَّه۫ شَيْطَانٌ ٬ فَقَالَ : مِنْ
قَوْلِه۪ : أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ ٬ فَعَلِمْتُ أَنَّ اللهَ تَعَالٰى لَا يَأْمُرُ
بِالْفَحْشآءِ ٬
Syaikh Ibnu Abdil Fatah berkata : Pada
suatau ketika Kanjeng Syaikh melihat seberkas cahaya berkilauan menerangi ufuk
langit, tidak lama menampakkan diri seraya memanggil-manggil : Wahai Abdul
Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), aku
adalah Tuhanmu, sungguh aku perbolehkan untukmu semua yang diharamkan. Maka
Kanjeng Syaikh menjawab : A'UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHOONIR ROJIM yang artinya
: aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk. seketika itu juga
cahaya tadi berubah menjadi gelap dan menyerupai awan dengan bersuara keras :
Wahai Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
(Al-Faatihah), selamatlah engkau dari ulah sesatku, sebab ilmumu tentang hukum
Tuhanmu dan karena pemahamanmu tentang kedudukanmu sungguh aku sudah
menyesatkan seperti kejadian ini dari tujuh puluh orang ahli thoriqoh. Setelah
beliau selamat dari godaan syaithan, kemudian memuji kepada Allah dengan
mengucapkan : Anugerah dan keselamatan hanya karena Tuhanku. Maka ditanyakan
kepada Syaikh : Bagaimana Syaikh bisa tahu sesungguhnya itu adalah syaithan?
Kanjeng Syaikh menjawab : Dari ucapanya : Telah aku perbolehkan bagimu apa yang
diharamkan. Karena setahu saya Sungguh Allah ta'ala tidak akan memerintahkan
berbuat jahat.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَايُعَظِّمُ
اْلأَغْنِيآءَ وَلَا يَقُوْمُ لِأَحَدٍ مِنَ اْلأُمَرآءِ وَلَا أَرْكَانِ الدَّوْلَةِ
٬ وَكَانَ كَثِيْرًا يَرٰىالْخَلِيْفَةَ قَاصِدًا لَه۫ وَهُوَ جَالِسٌ فَيَدْخُلُ خَلْوَةً
٬ ثُمَّ يَخْرُجُ عَلَى الْخَلِيْفَةِ بَعْدَ وُصُوْلِه۪ إِعْزَازًا لِطَرِيْقِ اْلفُقَرآءِ
٬ وَلِئَلَّا يَقُوْمَ لِلْخَلِيْفَةِ ٬ وَمَا وَقَفَ بِبَابِ وَزِيْرٍ وَلَا سُلَطَانٍ
٬ وَلَا قَبِلَ هَدِيَّةً مِنَ الْخَلِيْفَةِ قّطُّ ٬ حَتّٰى عَتَبَه۫ عَلىٰ عَدَمِ
قَبُوْلِه۪ هَدِيَّتَه۫ ٬ فَقَالَ لَهُ الشَّيْخُ أَرْسِلْ مَا بَدَا لَكَ وَاحْضُرْ
مَعَه۫ ٬ وَحَضَرَ الْخَلِيْفَةُ عِنْدَ الشَّيْخِ وَ مَعَه۫ شَيْئٌ مِنَ التُّفَّاحِ
٬ وَإِذًا كُلُّ تُفَّاحَةٍ مَحْشُوٌّ دَمًا وَقَيْحًا ٬ فَقَالَ لِلْخَلِيْفَةِ :
كَيْفَ تَلُوْمُنَا عَلىٰ عَدَمِ أَكْلِنَا مِنْ هٰذَا وَكُلُّه۫ مَحْشُوٌّ بِدِمآءِ
النَّاسِ ٬ فَاسْتَغْفَرَ الْخَلِيْفَةُ وَتَابَ عَلىٰ يَدَيْهِ ٬ وَكَانَ يَأْتِىْ
فَيَقِفُ بَيْنَ الشَّيْخِ كَآحَادِ النَّاسِ وَصَحِبَه۫ إِلٰى أَنْ مَاتَ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, tidak mau mengagung-agungkan orang kaya dan
berdiri karena datangannya seorang raja dan tidak juga orang-orang yang
mempunyai kedudukan. Dan adalah seringkali raja bermaksud ziarah kepada Syaikh,
padahal beliau sedang duduk-duduk kemudian ditinggalkan masuk ke kamar
pribadinya. Kemudian baru keluar lagi untuk menemui setelah khalifah itu duduk.
Hal ini dilakukan kerena memulyakan prilaku ahli tasawuf yang tidak tertarik
dengan kedudukan dan harta serta tidak berdiri haya sekedar kedatangan raja.
Lagi beliau tidak mau berdiri di depan pintu-pintu raja atau mentri dan juga
tidak mau menerima hadiah dari raja, sehingga raja itu mencemoohnya atas tidak
diterimanya pemberian itu. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepada sang raja : Kalau
begitu silahkan bawa sendiri hadiah itu kesini. Rajapun menerimanya, kemudian
membawa sendiri buah apel untuk Kanjeng Syaikh. Tiba-tiba buah apel itu di
dalamnya penuh darah dan nanah. Maka berkatalah Kanjeng Syaikh kepada raja :
Kenapa raja selalu mencemooh dan mencela saya? Padahal saya tidak mau buah apel
ini, karena seluruhnya penuh dengan darah manusia. Maka raja itu minta maaf dan
bertaubat di hadapan Kanjeng Syaikh. Selanjutnya raja itu sering ziarah kepada
beliau sebagaimana kebanyakan orang dan menjadi sahabatnya sampai meninggal.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَعَ جَلَالَةِ
قَدْرِه۪ وَبُعْدِ صِيْتِه۪ وَعُلُوِّ ذِكْرِه۪ يُعَظِّمُ اْلفُقَرآءَ ٬ وَيُجَالِسُهُمْ
وَيَفْلِىْ لَهُمْ ثِيَابَهُمْ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, yang mempunyai derajad tinggi, namanya
harum tersebar kemana-mana, beliau mau menghormati kepada fakir miskin,
menemani duduk, membersihkan sendiri kutu-kutu yang ada di pakaianya.
وَكَانَ يَقُوْلُ : اْلفَقِيْرُ الصَّابِرُ
أَفْضَلُ مِنَ اْلغَنِىِّ الشَّاكِرِ ٬ وَاْلفَقِيْرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ مِنْهُمَا
٬ وَاْلفَقِيْرُ الصَّابِرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ مِنَ اْلكُلِّ ٬ وَمَا أَحَبَّ الْبَلآءَ
وَالتَّلّذُّذَ بِه۪ إِلَّا مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِىْ ٬
Beliau penah mengatakan : Seorang fakir
yang mau sabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur, dan orang fakir yang
bersyukur, lebih utama dari keduanya dan orang fakir yang mau bersabar dan
bersyukur, lebih utama dari semuanya. Tidak senang dan tidak merasa nikmat
menerima balak, kecuali orang yang tahu kepada Dzat yang menurunkan balak,
yaitu Allah swt.
وَكَانَ يَقُوْلُ : اِتَّبِعُوْا وَلَا
تَبْتَدِعُوْا ٬ وَأَطِيْعُوْا وَلَا تَمْرُقُوْا ٬ وَاصْبِرُوْا وَلَا تَجْزَعُوْا
٬ وَانْتَظِرُوا اْلفَرَجَ وَلَا تَيْأَسُوْا ٬ وَاجْتَمِعُوْا عَلىٰ ذِكْرِ اللهِ
تَعَالٰى وَلَا تَتَفَرَّقُوْا ٬ وَتَطَهَّرُوْا بِالتَّوْبَةِ عَنِ الذُّنُوْبِ وَلَا
تَتَلَطَّخُوْا ٬ وَعَنْ بَابِ مَوْلَاكُمْ لَا تَبْرَحُوْا ٬
Dan adalah Kanjeng Syaikh juga berkata :
Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah, berbakti kepada
Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari Islam, bersabarlah dan jangan
menggumam, berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa,
berkumpullah dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai,
bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan berlumuran noda
dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk mohon ampunan.
وَكَانَ يَقُوْلُ : لَا تَخْتَرْ جَلْبَ
النَّعْمآءِ وَلَا دَفْعَ اْلبَلْوٰى ٬ فَإِنَّ النَّعْمآءَ وَاصِلَةٌ إِلَيْكَ بِاْلقِسْمَةِ
اسْتَجْلَبْتَهَا أَمْ لَا ٬ وَاْلبَلْوٰى حَالَّةً بِكَ وَإِنْ كَرِهْتَهَا ٬ فَسَلِّمْ
لِلهِ فِى اْلكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشآءُ ٬ فَإِنْ جآءَتْكَ النَّعْمآءُ فَاشْتَغِلْ
بِالذِّكْرِ وَالشُّكْرِ ٬ وَإِنْ جآءَتْكَ اْلبَلْوٰى فَاشْتَغِلْ بِالصَّبْرِ وَالْمُوَافَقَةِ
٬ وَإِنْ كُنْتَ أَعْلىٰ مِنْ ذٰلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّذُ ٬ وَاعْلَمُوْا أَنَّ
اْلبَلِيَّةَ لَمْ تَأْتِ الْمُؤْمِنَ لِتُهْلِكَه۫ ٬ وَإِنَّمَا أَتَيْهُ لِتَخْتَبِرَه۫ ٬
Kanjeng Syaikh berkata juga: Jika terkena
cobaan, jangan mengingin kan mendapat kenikmatan dan menghindar dari cobaan,
karena suatu kenikmatan pasti datang juga kepadamu sesuai ketentuan Allah,
diharapkan maupun tidak. Demikian pula cobaan, suka atau tidak pasti akan
menimpanya, maka dari itu berserah dirilah segala urusan kepada Allah yang
mengatur sesuai dengan kehendak-Nya. Maka bila kenikmatan datang kepadamu, maka
sibukkanlah dirimu dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila cobaan
yang menimpa maka sibukkan lah dirimu dengan kesabaran dan kesadaran. Bila
ingin mendapat tempat yang tertingi di sisi Allah dan sebagai suatu kenikmatan,
maka perlu disadari bahwa cobaan yang menimpa orang mukmin bukan sebagai
malapetaka, tetapi datang untuk menguji iman.
وَكَانَ يَقُوْلُ : لَايَصْلُحُ لِمُجَالَسَةِ
الْحّقِّ تَعَالٰى إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ مِنْ رِجْسِ الزَّلَّاتِ ٬ وَلَايُفْتَحُ
إِلَّا لِمَنْ خَلَا عَنِ الدَّعَاوِىْ وَالْهَوَسَاتِ ٬ وَلَمَّا كَانَ اْلغَالِبُ
عَلَى النَّاسِ عَدَمَ التَّطَهُّرِ ٬ إِبْتَلَاهُمُ اللهُ تَعَالٰى بِاْلأَمْرَاضِ
كَفَّارَةً وَطَهُوْرًا ٬ لِيَصْلُحُوْا لِمُجَالَسَتِه۪ وَقُرْبِه۪ شَعَرُوْا بِذٰلِكَ
أَوْ لَمْ يَشْعُرُوْا ٬
Kata Kanjeng Syaikh lagi : Tidak boleh
terjadi di dalam majlis untuk menghadap kepada Allah ta'ala, kecuali
membersihkan dirinya dari kotoran dan dosa, dan tidak akan dibuka hatinya untuk
makrifat kepada Allah, kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai
perilaku baik dan dari perbuatan yang meresahkan. Apabila kebiasaan manusia
sudah berlumuran dosa dan tidak mau membersihkan, maka Allah ta'ala menurunkan
berbagai penyakit lahir ataupun bathin kepada mereka sebagai tebusan dan
pembersih dosa-dosanya, agar yang demikian itu sesuai majlis menghadap dan
mendekat kepada Allah, baik mereka sadar maupun tidak.
وَكَانَ يَقُوْلُ : إَيَّاكُمْ أَنْ تُحِبُّوْا
أَحَدًا أَوْ تَكْرَهُوْهُ إِلَّا بَعْدَ عُرْضِ أَفْعَالِه۪ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
٬ كَيْلَا تُحِبُّوْهُ بِالْهَوٰى وَتَبْغُضُوْهَ بِالْهَوٰى ٬
Kata Kanjeng Syaikh lagi :
Berhati-hatilah kamu, jangan sampai mencintai seseorang atau membencinya,
kecuali sudah memperhati kan perbuatanya dengan berdasarkan Al-Qur'an dan
sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak sekedar menuruti hawa nafsu.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَا يَجْلِسُ
الذُّبَابُ عَلىٰ ثِيَابِه۪ وَرَاثَةً لَه۫ مِنَ جَدِّه۪ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
٬ فَقِيْلَ لَه۫ فِىْ ذٰلِكَ ؟ فَقَالَ : أَيُّ شَيْئٍ يَعْمَلُ الذُّبَابُ عِنْدِىْ
وَلَيْسَ عِنْدِىْ مِنْ دِبْسِ الدُّنْيَا وَعَسَلِ الْآخِرَةِ ؟ ٬
Adalah Kekaromahan Kanjeng Syaikh, semoga
Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, pakaiannya tidak pernah dihinggapi
lalat, karena mewarisi eyangnya yaitu Nabi saw. Orang yang melihatnya sempat
menanyakan lantaran apa yang menyebabkan? Maka Kanjeng Syaikh menjawab : Untuk
apa lalat hingap pada diriku, yang pada diriku ada tujuan untuk mendapatkan
kenikmatan dunia dan madunya akhirat, melainkan hanya semata mata ikhlas karena
Allah.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّه۫ جَلَسَ مَرَّةً
يَتَوَضَّأُ فَقَذَرَ عَلَيْهِ عُصْفُوْرٌ ٬ فَرَفَعَ رَأْسَه۫ فَخَرَّ اْلعُصْفُوْرُ
مَيْتًا ٬ فَغَسَلَ الثَّوْبَ ثُمَّ تَصَدَّقَ بِه۪ عَنِ اْلعُصْفُوْرِ ٬ وَقَالَ
: إِنْ كَانَ عَلَيْنَا إِثْمٌ فَهُوَ كَفَّارَتُه۫ ٬
Dari sebagian kekaromahannya, satu ketika
beliau duduk mengambil air wudhu kejatuhan kotoran burung emprit, lalu beliau
mengangkat kepalanya, maka jatuhlah burung itu dan mati. kemudian beliau
melepas pakaiannya untuk dicuci lalu disedekahkan sebagai tebusan burung tadi,
dan berkatalah beliau : Bila pada saya ada dosa maka itulah tebusannya.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا أَنَّ إِمْرَأَةً
أَتَتْهُ بِوَلَدِهَا لِتُشَوِّقَه۫ إِلٰى صُحْبَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَتُسَلِّكَه۫ فَأَمَرَه۫ بِالْمُجَاهَدَةِ وَسُلُوْكِ
طَرِيْقِ السَّلَفِ ٬ فَرَأَتْهُ يَوْمًا نَحِيْلًا وَرَأَتْهُ يَأْكُلُ خُبْزَ شَعِيْرٍ
٬ وَدَخَلَتْ عَلَى الشَّيْخِ وَوَجَدَتْ بَيْنَ يَدَيْهِ عَظْمَ دَجَاجَةٍ مَلْعُوْقَةٍ
٬ فَسَأَلَتْهُ عَنِ الْمَعْنٰى فِىْ ذٰلِكَ ؟ ٬ فَوَضَعَ الشَّيْخُ يَدَه۫ عَلَى اْلعِظَامِ
٬ وَقَالَ لَهَا : قُوْمِىْ بِإِذْنِ اللهِ تَعَالٰى الَّذِىْ يُحْيِى اْلعِظَامَ وَهِىَ
رَمِيْمٌ ! فَقَامَتِ الدُّجَاجَةُ سَوِيَّةً وَصَاحَتْ (لآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
٬ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ وَلِيُّ اللهِ) رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ)
فَقَالَ لَهَا : إِذَا صَارَ ابْنُكِ هٰكَذَا فَلْيَأْكُلْ مَاشآءَ ٬
Dan dari kekaromahannya lagi, ada
seoranag perempuan datang kepada beliau dengan membawa putranya dan diserahkan
kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada
beliau, (Al-Faatihah), untuk menjadi santrinya dan belajar ilmu suluk. Putra
tadi diterima, kemudian diperintahkan memerangi nafsunya serta menjalankan
ibadah sebagaimana dilakukan oleh ulama-ulama salaf. Suatau hari ibunya sowan
kepada Kanjeng Syaikh, dilihat anaknya menjadi kurus, si ibu kemudian masuk
kedalam kamar Kanjeng Syaikh dan melihat di depanya tulang-tulang ayam dari
sisa daharan Kanjeng Syaikh. Maka si ibu kemudian menanyakan arti dari semua
itu. Maka Kanjeng Syaikh meletakkan tanganya di atas tulang tadi sambil berkata
: Berdirilah dengan izin Allah yang menghidupkan tulang-tulang yang hancur,
maka berdirilah tulang tulang itu kembali menjadi ayam dan berkokok : "LAA
ILAAHA ILLALLOOH MUHAMMADUR RASUULULLOOH ASY-SYAIKHU ABDUL QOODIR
WALIYYULLOOH" artinya : Tidak Ada Tuhan yang wajib disembah melainkan
Allah dan Nabi , Muhammad adalah utusan Allah, Syaikh Abdul Qodir kekasih Allah
swt. semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), maka
beliau berkata kepada si ibu : Kalau anak mu sudah dapat berbuat seperti ini,
maka boleh makan sekehendaknya.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا أَنَّه۫ مَرَّ
بِمَجْلِسِه۪ حِدَأَةٌ فِىْ يَوْمٍ شَدِيْدِ الرِّيْحِ ٬ فَشَوَّشَتْ بِصِيَاحِهَا
عَلَى الْحَاضِرِيْنَ ٬ فَقَالَ : يآرِيْحُ خُذِىْ رَأْسَهَا ! فَوَقَعَتْ لِوَقْتِهَا
مَقْطُوْعَةَ الرَّأْسِ ٬ فَنَزَلَ عَنِ اْلكُرْسِيِّ وَأَخَذَهَا فِىْ يَدَه۪ وَأَمَرَّ
اْلأُخْرٰى عَلَيْهَا ٬ وَقَالَ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ٬ فَحَيَّتْ
وَطَارَتْ سَوْيَّةً بِإِذْنِ اللهِ تَعَالٰى ٬ وَالنَّاسُ يُشَاهِدُوْنَ ذٰلِكَ ٬
Dan dari kekaromahannya lagi, pada suatu
hari ketika angin sedang berhembus kencang ada seekor burung elang di atas
majelis pengajian beliau dengan suara yang keras dan suaranya menggangu
orang-orang yang hadir di majlis itu, maka beliau berkata : Wahai angin, potonglah
kepala burung itu. Maka seketika jatuhlah burung itu dengan keadaan kepala
terputus. Kemudian beliau turun dari kursinya, mengambil burung tadi mengelus
elus dengan membaca : "Bismillaahir rahmaanir rohiim", maka burung
itu hidup kembali dan terbang lagi dengan izin Allah ta'ala, akan hal itu
disaksikan oleh orang orang yang hadir dimajlis itu.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّ أَبَا عُمَرَ
عُثْمَانَ الصَّيْرَفِىَّ وَأَبَا مُحَمَّدٍ عَبْدِ الْحَقِّ اَلْحَرِيْمِىَّ رَحِمَهُمَا
اللهُ تَعَالٰى قَالَا : كُنَّا بَيْنَ يَدَيِ الشَّيْخِ بِمَدْرَسَتِه۪ يَوْمَ اْلأَحَدِ
ثَالِثَ صَفَرَ سَنَةَ خَمْسٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ٬ فَتَوَضَّأَ الشَّيْخُ
عَلىٰ قَبْقَابِه۪ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ٬ فَلَمَّا سَلَّمَ صَرَخَ صَرِخَةً عَظِيْمَةً
وَرَمٰى بِفَرْدَةِ قَبْقَابِه۪ فِى الْهَوآءِ فَغَابَتْ عَنْ أَبْصَارِنَا ٬ ثُمَّ
فَعَلَ ثَانِيَةً كَذٰلِكَ بِاْلأُخْرٰى ٬ ثُمَّ جَلَسَ فَلَمْ يَتَجَاسَرْ أَحَدٌ
عَلىٰ سُؤَالِه۪ ٬ ثُمَّ قَدِمَتْ قَافِلَةٌ مِنْ بِلَادِ اْلعَجَمِ بَعْدَ ثَلَاثٍ
وَعِشْرِيْنَ يَوْمًا ٬ فَقَالُوْا إِنَّ مَعَنَا لِلشَّيْخِ نَذْرًا فَاسْتَأْذَنَّاهُ
٬ فَقَالَ : خُذَاهُ مِنْهُمْ فَأَعْطَوْنَا شَيْأً مِنْ ذَهَبٍ وَثِيَابًا مِنْ حَرِيْرٍ
وَخَزٍّ وَاْلقَبْقَابَ بِعَيْنِه۪ ٬ فَسَأَلْنَاهُمْ عَنِ الْمَعْنٰى فِىْ ذٰلِكَ
٬ فَقَالُوْا : بَيْنَمَا نَحْنُ سآئِرُوْنَ يَوْمَ اْلأَحَدِ ثَالِثَ صَفَرَ إِذْ
خَرَجَتْ عَلَيْنَا عَرَبٌ لَهُمْ مُقَدِّمَانِ ٬ فَانْتَهَبُوْا أَمْوَالَنَا وَنَزَلْنَا
عَلىٰ شَفِيْرِ اْلوَادِىّ ٬فَقُلْنَا لَوْ ذَكَرْنَا الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ
٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَنَذَرْنَا لَه۫ شَيْئًا مِنْ أَمْوَالِنَا
سَلِمْنَا فَمَا هُوَ إِلَّا أَنْ ذَكَرْنَاهُ ٬ وَجَعَلْنَا لَه۫ شَيْئًا فَسَمِعْنَا
صَرْخَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ مَلَأَتَا اْلوَادِىَ وَرَأَيْنَاهُمْ مَذْعُوْرِيْنَ
٬ فَظَنَنَّا أَنْ قَدْ جآءَهُمْ مِثْلُهُمْ يَأْخُذُهُمْ ٬ فَجآئَنَا بَعْضُهُمْ
٬ وَقَالَ تَعَالَوْا إِلَيْنَا وَخُذُوْا أَمْوَالَكُمْ وَانْظُرُوْا مَا قَدْ دَّهَمَنَا
٬ فَأَتَوْا بِنَا إِلٰى مُقَدِّمَيْهِمْ فَوَجَدْنَا هُمَا مَيْتَيْنِ ٬ وَعِنْدَ
كُلٍّ مِنْهُمَا فَرْدَةُ قَبْقَابٍ مُبْتَلَّةٍ بِمآءٍ فَرَدُّوْا عَلَيْنَا مَا أَخَذُوْا
وَقَالُوْا لَنَا : إِنَّ لِهٰذَا اْلأَمْرِ نَبَأً عَظِيْمًا ٬
Dan dari karomaahnya lagi, Syaikh Abu
Umar Utsman As-Shairofi dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al-Harimiyah,
semoga Allah memberi rahmat keduanya, berkata : Kami pernah berdampingan dengan
Syaikh berada di madrasahnya pada hari Ahad tanggal 3 Shafar tahun 555 H,
beliau berwudhu dengan klompennya lalu shalat dua rakaat, setelah salam
berteriak sekeras-kerasnya seraya melemparkan klompennya yang satu
sejauh-jauhnya ke atas sampai tidak nampak dari pandangan kami, kemudian
melakukan lagi seperti itu untuk kedua kalinya dengan klompen yang satunya.
Kemudian duduk dan tidak ada seorangpun yang berani menanyakan kejadian itu.
Setelah 23 hari dari kejadian itu, datanglah serombongan musyafir dari luar
negeri, mereka berkata : Kami mempunyai nadzar, maka kami mohon diizinkan untuk
menghadap Kanjeng Syaikh. Maka beliau berkata kepada kami berdua : Ambillah
nadzar yang dibawa mereka. Kemudian memberikan barang nadzarnya berupa emas,
pakaian sutra, pakaian berbulu sutra dan klompen milik Kanjeng Syaikh. Maka
kami bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi sesungguhnya? Merekapun
bercerita : Pada hari Ahad tanggal 3 Shafar yang lalu kami dalam perjalanan,
tiba-tiba ada serombongan manusia yang dipimpin dua orang, mereka merampok
harta kami dan kamipun turun ke tepi jurang, maka kami berunding, bersepakat
dengan lantaran Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan
kepada beliau, (Al-Faatihah),, kami bernadzar kalau harta kami bisa selamat,
kami akan memberikan sebagaian dari harta itu kepada Kanjeng Syaikh, ternyata
nadzar kami dikabulkan Allah, tidak lama kemudian kami mendengar suara yang
keras amat sampai dua kali memekikkan telingah, berdesing memenuhi seluruh
jurang, sampai kami melihat mereka lelah lunglai, gemetar ketakutan, maka kami
menduga mungkin kedatangan perampok lain yang merebut hasil rampasan mereka.
Tiba-tiba diantara mereka ada yang mendatangi kami dan berkata : Kemarilah
kalian untuk ikut kami, ambillah kembali hartamu dan periksalah apa yang
membingungkan kami. Kemudian mereka membawa kami kepada kedua pemimpinnya,
ternyata kami dapatkan mereka berdua telah meninggal dan di sampingnya
masing-masing terdapat klompen yang masih basah dengan air. Dengan kejadian itu,
yang lain menjadi ketakutan sehingga harta yang dirampasnya dikembalikan kepada
kami, mereka sambil mengatakan : Peristiwa ini menggemparkan dan tidak pernah
terjadi sebelumnya.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّه۫ جآءَه۫ رَجُلٌ
مِنْ أَصْفِهَانَ لَه۫ مَوْلَاةٌ تُصْرَعُ وَقَدْ أَعْيَتِ الْمُعَزِّمِيْنَ ٬ فَقَالَ
الشَّيْخُ : هٰذَا مَارِدٌ مِنْ وَادِىْ سَرَنْدِيْبَ وَاسْمُه۫ خَانْسٌ ٬ فَإِذَا
صُرِعَتْ فَقُلْ فِىْ أُذُنِهَا : يآ خَانِسُ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
(اَلْفَاتِحَةُ) اَلْمُقِيْمُ بِبِغْدَادَ يَقُوْلُ لَكَ : لَا تَعُدْ تَهْلِكْ ٬ فَذَهَبَ
الرَّجُلُ وَغَابَ عِشْرِيْنَ سَنَةً ٬ ثُمَّ قَدِمَ وَسُئِلَ وَأَخْبَرَ أَنَّه۫ فَعَلَ
مَا قَالَ الشَّيْخِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ٬ وَلَمْ يَعُدِ الصَّرْعَ إِلَيْهَا إِلَى
اْلآنَ ٬ وَقَالَ بَعْضُ رُؤَسآءِ التَّعْزِيْمِ : مَكَثْتُ بِبَغْدَادَ أَرْبَعِيْنَ
سَنَةً فِىْ حَيَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ)
وَلَا يَقَعَ فِيْهَا صَرْعٌ عَلىٰ أَحَدٍ ٬ فَلَمَّا مَاتَ وَقَعَ الصَّرْعُ ٬
Dan dari karomahnya, pernah seorang
laki-laki dari kota Asfihan berkunjung kepada beliau untuk mengobatkan budak
perempuannya yang sudah dimerdekakan, karena sering tidak sadarkan diri dan
sudah diobatkan ke mana-mana. Maka Kanjeng Syaikh berkata : Ini gangguan jin
dari goa Sarondib, namanya jin Khonis, apabila ia sakit lagi bacakan di
telinganya : Hai jin Khonis Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan
keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), yang tinggal di Baghdad mengatakan
kepadamu jangan kembali kalau tidak ingin binasa. Maka pulanglah orang itu dan
tidak muncul lagi. Setelah dua puluh tahun lamanya orang itu datang lagi
menghadap Kanjeng Syaikh, dan setelah ditanya ia menjelaskan bahwa apa yang
dikatakan Kanjeng Syaikh sudah dilaksanakan dan penyakit itu tidak pernah
datang lagi sampai sekarang. Bahkan sebagian tabib ahli jiwa mengatakan :
Selama kami menetap di Baghdad empat puluh tahun, selama mendiangnya Kanjeng
Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
(Al-Faatihah), di Bagdad tidak pernah terjadi seorangpun menderita sakit jiwa,
setelah beliau wafat maka berjangkitlah penyakit jiwa itu.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ ثَلَاثَةَ
مِنْ أَشْيَاخِ جِيْلَانَ أَتَوْا إِلٰى زِيَارَتِه۪ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ ٬ فَلَمَّا
دَخَلُوْا عَلَيْهِ رَأَوُا اْلإِبْرِيْقَ مُوَجِّهًا إِلٰى غَيْرِ جِهَةِ اْلقِبْلَةِ
٬ وَالْخَادِمُ وَاقِفُ بَيْنَ يَدَيْهِ ٬ فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلٰى بَعْضٍ كَالْمُنْكِرِيْنَ
عَلَيْهِ ٬ بِسَبَبِ تَوَجُّهِ اْلإِبْرِيْقِ لِغَيْرِ جِهَةِ اْلقِبْلَةِ ٬ وَقِيَامَ
الْخَادِمِ بَيْنَ يَدَيْهِ ٬ فَوَضَعَ الشَّيْخُ كِتَابًا مِنْ يَدَه۪ وَنَظَرَ إِلَيْهِمْ
نَظْرَةً وَإِلَى الْخَادِمِ أُخْرٰى فَوَقَعَ مَيْتًا ٬ وَنَظَرَ إِلَى اْلإِبْرِيْقِ
نَظْرَةً أُخْرٰى ٬ فَدَارَ وَطَافَ اْلإِبْرِيْقِ وَحْدَه۫ إِلَى اْلقِبْلَةِ ٬
Dan dari karomahnya, ada tiga orang guru
dari negeri Jilan datang berziarah kepada beliau. Sewaktu masuk rumah Kanjeng
Syaikh, mereka melihat kendi yang tidak menghadap kiblat dan seorang pelayan
berdiri di sisi Kanjeng Syaikh, kemudian mereka saling berpandangan seperti
menunjukkan sikap tidak senang kepada Kanjeng Syaikh sebab kendi yang tidak
menghadap kiblat dan seorang pelayan berdiri di sebelahnya, maka Kanjeng Syaikh
meletakkan kitab yang ada di tangannya terus memandang kepada mereka dan kepada
pelayan, seketika itu juga pelayan tadi mati, kemudian beliau memandang ke arah
kendi dan kendi itupun berputar sendiri menghadap kiblat.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَنَّ أَبَا الْمُظَفَّرْ
حَسَنَ بْنَ تَمِيْمِ اْلبَغْدَادِىَ التَّاجِرَ جآءَ إِلَى الشَّيْخِ حَمَّادِ بْنِ
مُسْلِمٍ بْنِ دَرْوَةَ الدَّبَّاسِ ٬ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالٰى فِىْ سَنَةِ إِخْدٰى
وَعِشْرِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ٬ وَقَالَ لَه۫ : يَا سَيِّدِىْ قَدْ جُهِّزَتْ لِىْ
قَافِلَةٌ إِلَى الشَّامِ فِيْهَا بِضًاعَةٌ بِسَبْعِمِائَةِ دِيْنَارٍ ٬ فَقَالَ
: إِنْ سَافَرْتَ فِىْ هٰذِهِ السَّنَةِ قُتِلْتَ وَأُخِذَ مَالُكَ ٬ فَخَرَجَ مِنْ
عِنْدِه۪ مَغْمُوْمًا فَوَجَدَ فِى الطَّرِيْقِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَهُوَ شَابٌّ يَوْمَئِذٍ ٬ فَحَكىٰ لَه۫ مَا قَالَه۫
الشَّيْخُ حَمَّادٌ ٬ فَقَالَ لَه۫ : سَافِرْ تَذْهَبْ سَالِمًا وَتَرْجِعُ غَانِمًا
٬ وَالضَّمَانُ عَلَيَّ فِىْ ذٰلِكَ ٬ فَسَافَرَ إِلَى الشَّامِ وَبَاعَ بِضَاعَتَه۫
بِأَلْفِ دِيْنَارٍ ٬ وَدَخَلَ يَوْمًا إِلٰى سِقَايَةٍ فِىْ حَلَبَ لِقَضآءِ حَاجَةِ
اْلإِنْسَانِ ٬ وَوَضَعَ أَلْفَ دِيْنَارٍ عَلىٰ رَفٍّ مِنَ السِّقَايَةِ ٬ وَخَرَجَ
وَتَرَكَهَا نَاسِيًا ٬ وَأَتٰى إِلٰى مَنْزِلِه۪ ٬ فَأُلْقِيَ عَلَيْهِ النُّعَاسُ
فَنَامَ فَرَآى فِىْ مَنَامِه۪ كَأَنَّه۫ فِىْ قَافِلَةٍ قَدْ خَرَجَتْ عَلَيْهَا اْلعَرَبُ
٬ وَانْتَهَبُوْهَا وَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهَا ٬ وَأَتَاهُ أَحَدُهُمْ فَضَرَبَه۫ بِحَرْبَةٍ
فَقَتَلَه۫ فَانْتَبَهَ فَزِعًا ٬ وَوَجَدَ أَثَرَ الدَّمِ فِىْ عُنُقِه۪ وَأَحَسَّ
بِاْلأَلَمِ ٬ وَذَكَرَ اْلأَلْفَ فَقَامَ مُسْرِعًا إِلَى السِّقَايَةِ ٬ فَوَجَدَهَا
فِىْ مَكَانِهَا سَالِمًا ٬ وَرَجَعَ إِلٰى بَغْدَادَ فَلَمَّا دَخَلَهَا قَالَ فِىْ
نَفْسِه۪ : إِنْ بَدَأْتُ بِالشَّيْخِ حَمَّادٍ فَهُوَ اْلأَسَنُ ٬ وَ الشَّيْخِ عَبْدِ
اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَهُوَ الَّذِىْ صَحَّ كَلَامُه۫
٬ فَلَقِيَ الشَّيْخَ حَمَّادًا فِىْ أَثْنآءِ تَرْدِيْدِ الْخَاطِرِ فِىْ سُوْقِ السُّلْطَانِ
٬ فَقَالَ لَه۫ : يآ أَبَا الْمُظَفَّرْ إِبْدَأْ بِعَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَإِنَّه۫ مَحْبُوْبٌ ٬ وَلَقَدْ سَأَلَ اللهَ فِيْكَ سَبْعَ
عَشَرَةَ مَرَّةً حَتّٰى جَعَلَ مَا قُدِّرَ عَلَيْكَ مِنَ اْلقَتْلِ يَقَظَةً مَنَامًا
٬ وَمْنَ اْلفَقْرِ عِيَانًا نِسْيَانًا ٬ وَجآءَ إِلَى الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ
٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) فَقَالَ لَه۫ إِبْتِدَاءً : قَالَ لَكَ الشَّيْخُ
حَمَّادٌ : إِنَّنِىْ سَأَلْتُ اللهَ فِيْكَ سَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً ٬ وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ
٬ لَقَدْ سَأَلْتُ اللهَ تَعَالٰى فِيْكَ سَبْعَ عَسَرَةَ وَسَبْعَ عَشَرَةَ مَرَّةً
إِلٰى تَمَامِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ٬ حَتّٰى كَانَ مَا ذَكَرَه۫ ٬
Dan dari karomahnya lagi, bahwa
sesungguhnya Abul Mudhoffar Hasan bin Tamimi Al-Baghdadi adalah seorang
pedagang, datang kepada Syaikh Hammad bin Muslim bin Darwah Ad-Dabbas, semoga
Allah memberi rahmat keduanya, pada tahun 521 H seraya berkata : Wahai
junjunganku, saya telah menyiapkan kafilah yang membawa dagangan seharga 700
dinar ke negeri Syam. Syaikh Hammad berkata : Kalau kamu pergi pada tahun ini
kamu akan terbunuh dan daganganmu dirampas, Setelah itu Abul Mudhoffar keluar
dari Syaikh Hammad dengan membawa perasaan sedih, di jalan berjumpa dengan
Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
(Al-Faatihah), yang pada waktu itu beliau masih berusia muda. Abul Mudhoffar
menceritakan apa yang dikatakan Syaikh Hammad kepadanya. Maka Kanjeng Syaikh
berkata kepadanya : Pergilah, maka kamu akan selamat dan kembali akan membawa
keuntungan, urusan itu akulah yang bertanggung jawab. Abul Mudhoffar pergi ke
negeri Syam dan ternyata bisa menjual dagangannya dengan harga seribu dinar.
Pada satu hari Abul Mudhoffar masuk WC untuk menunaikan hajat di Halaba, dan
dia meletakkan uang seribu dinar di gantungan WC, dan ketika keluar ia lupa
uangnya, sampai di rumah ia mengantuk dan tertidur. Dalam tidurnya bermimpi
dalam kafilah didatangi orang Baduwi yang merampas hartanya dan membunuh semua
orang yang ada di kafilah itu. Dan ada pula diantara Baduwi itu mendatanginya
dan memukul dengan pedang serta membunuh nya, maka ia terbangun dengan gemetar
ketakutan dan menemukan bekas darah di lehernya serta merasa sakit. Dan setelah
teringat uangnya seribu dinar tertinggal, maka ia cepat-cepat bangun dan pergi
ke WC di Halaba, dan uang tersebut didapatkan masih di tempat semula dengan
selamat, kemudian pulang ke Bagdad. Setelah tiba ia berkata dalam hati : Kalau
aku berkunjung kepada Syaikh Hammad lebih dahulu, memang beliau lebih tua dan
kalau kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan
kepada beliau, (Al-Faatihah), karena beliau benar kata-katanya. Sewaktu ia
berfikir demikian berada dipasar Sulthon dan Syaikh Hammad berkata kepadanya :
Wahai Abul Mudhoffar, mulailah kamu berkunjung kepada Syaikh Abdul Qodir
Al-Jilani, karena beliau dicintai Allah dan sesungguhnya beliau berdoa kepada
Allah untukmu sebanyak tujuh belas kali, sehingga kepastian matimu yang
sebenarnya hanya kamu rasakan dalam mimpi dan kepastian fakir yang sebenarnya berubah
hanya karena lupa saja. Kemudian Abul Mudhoffar pergi berkunjung kepada Kanjeng
Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
(Al-Faatihah), maka beliau mendahului berkata : Syaikh Hammad telah mengatakan
kepadamu, bahwa saya berdo'a kepada Allah untukmu tujuh belas kali. Demi
kemulyaan Allah yang berhak disembah, sesungguhnya saya berdo'a kepada Allah
untukmu tujuh belas kali dan tujuh belas lagi sampai jumlahnya tujuh puluh
kali, sehingga terjadi seperti apa yang dikatakan oleh Syaikh Hammad.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ الشَّيْخَ
عَلِيًّانِالْهَيْتِىَّ وَالشَّرِيْفَ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ أَبَا اْلغَنَائِمِ الْحَسَنِىِّ
رَحِمَهُمَا اللهُ تَعَالٰى ٬ دَخَلَا دَارَ الشَّيْخِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ ٬ فَوَجَدَا
إِنْسَانًا شَابًّا مُلْقًى عَلىٰ قَفَاهُ ٬ فَقَالَ لِلشَّيْخِ عَلِيِّ الْهَيْتِىِّ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : يَا سَيِّدِىْ إِشْفَعْ لِىْ عِنْدَ الشَّيْخِ ٬ فَلَمَّا ذَكَرَه۫
لَه۫ وَهَبَه۫ لَه۫ بِقَوْلِه۪ : قَدْ وَهَبْتُه۫ لَه۫ ٬ فَخَرَجَا إِلَى الرَّجُلِالْمُلْقٰى
وَعَرَفَاهُ بِذٰلِكَ ٬ فَقَامَ الرَّجُلُ وَخَرَجَ مِنْ كُوَّةٍ فِى الدِّهْلِيْزِ
وَطَارَ فِى الْهَوآءِ ٬ فَرَجَعَا إِلَى الشَّيْخِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَسَأَلاَهُ
عَنْ حَالِ الرَّجُلِ ٬ فَقَالَ : إِنَّه۫ مَرَّ فِى الْهَوآءِ وَقَالَ فِى نَفْسِه۪
: مَا فِىْ بَغْدَادَ رَجُلٌ مِثْلِىْ فَسَلَبْتُه۫ حَالَه۫ ٬ وَلَوْ لَا الشَّيْخُ
عَلِيٌّ مَا رَدَدْتُه۫ لَه۫ ٬
Dan dari karomahnya lagi, sesungguhnya
Syaikh Ali Al-Haity beserta Syaikh Syarif Abdullah bin Muhammad Abal Ghona-im,
semoga Allah memberi rahmat keduanya berkunjung kepada Kanjeng Syaikh semoga
Allah mensucikan rahasia-rahasianya, maka bertemu seorang pemuda tidur
terlentang yang keadaannya sangat lemah. Maka pemuda itu berkata kepada Syaikh
Al-Haity ra : Wahai junjunganku, mohonkan syafaa'at kepada Kanjeng Syaikh agar
saya dapat sembuh kembali. Maka ketika diaturkan, Kanjeng Syaikh pun memberinya
syafa'at dengan mengatakan : Sungguh saya berikan syafa'at kepadanya. Maka
keluarlah kedua Syaikh itu menemui pemuda tadi memberitahukan bahwa Kanjeng
Syaikh sudah memberi syafa'at kepadanya. Maka berdirilah pemuda tadi dan keluar
melalui jendela rumahnya lalu terbang ke udara. Kemudian kedua Syaikh tadi
kembali menghadap Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada
beliau dan keduanya menanyakan tentang hal ihwal pemuda tadi. Maka Kanjeng
Syaikh menjelaskan bahwa pemuda yang terbang tadi sesungguh nya berkata dalam
hatinya : Tidak ada di Baghdad ini, seorangpun yang bisa seperti saya, maka
itulah saya lenyapkan kehebatannya, kalau bukan karena Syaikh Ali, kehebatannya
tidak akan saya kembalikan.
وَمِنْ كَرَمَاتِهِ أَيْضًا : أَنَّ الشَّيْخَ
أَبَا الْحَسَنِ الْمَعْرُوْفِ بِابْنِ الطَّنْطَنَةِ الْبَغْدَادِىِّ رَحِمَهُ اللهُ
تَعَالٰى ٬ قَالَ يَوْمَ وَفَاةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
(اَلْفَاتِحَةُ) قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ ضَرِيْحَه۫ ٬ كُنْتُ أَشْتَغِلُ بِالْعِلْمِ
وَأُكْثِرُ الشَّهَرَ أَتَرَقَّبُ حَاجَةً لَه۫ ٬ فَخَرَجَ لَيْلَةً مِنْ دَارِه۪ فِىْ
صَفَرَ سَنَةَ ثَلَاثٍ وَخَمْسِيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ ٬ فَنَاوَلْتُه۫ إِبْرِيْقًا فَلَمْ
يَأْخُذْهُ وَقَصَدَ بَابَ الْمَدْرَسَةِ فَأَشَارَ إِلَيْهِ ٬ فَانْفَتَحَ وَخَرَجَ
وَخَرَجْتُ خَلْفَه۫ وَأَنَا أَقُوْلُ فِىْ نَفْسِىْ : إِنَّه۫ لَا يَشْعُرُبِىْ ثُمَّ
انْغَلَقَ ٬ ثُمَّ تَابَ الْمَدِيْنَةِ كَذٰلِكَ ثُمَّ مَشٰى غَيْرَ بَعِيْدٍ ٬ فَإِذَا
نَحْنُ بِبَلْدَةٍ لَا أَعْرِفُهَا ٬ فَدَخَلَ مَكَانًا كَالرِّبَاطِ ٬ فَإِذاً فِيْهِ
سِتَّةٌ مِنْ رِجَالٍ قُعُوْدٍ ٬ فَلَمَّا رَأَوُا الشَّيْخَ عَظَّمُوْهُ وَبَادَرُوْهُ
بِالسَّلَامِ إِلَيْهِ ٬ وَاْلتَجَأْتُ إِلٰى سَارِيَةٍ فَسَمِعْتُ أَنِيْنًا مِنْ
ذٰلِكَ الْمَكَانِ ٬ ثُمَّ بَعْدَ يَسِيْرٍ سَكَنَ ذٰلِكَ اْلأَنِيْنُ ٬ ثُمَّ دَخَلَ
رَجُلٌ إِلٰى تِلْكَ الْجِهَةِ الَّتِىْ فِيْهَا اْلأَنِيْنُ ٬ وَخَرَجَ يَحْمِلُ رَجُلًا
مِنْ ذٰلِكَ الْجَانِبِ ٬ وَدَخَلَ شَخْصٌ مَكْشُوْفُ الرَّأْسِ ٬ طَوِيْلُ الشَّارِبِ
٬ فَوَقَفَ بَيْنَ يَدَىِ الشَّيْخِ فَأَخَذَ عَلَيْهِ الْعَهْدَ بِالشَّهَادَتَيْنِ
٬ وَقَصَّ رَأْسَه۫ وَشَارِبَه۫ وَاْلبَسَه۫ طَاقِيَةً وَسَمَّاهُ مُحَمَّدًا ٬ وَقَالَ
لِلسِّتَّةِ : قَدْ أَمَرْتُ أَنْ يَكُوْنَ هٰذَا بَدَلًا عَنِ الْمَيِّتِ ٬ فَقَالُوْا
سَمْعًا وَطَاعَةً ٬ ثُمَّ خَرَجَ وَتَرَكَهُمْ وَخَرَجْتُ مَعَه۫ ٬ وَمَشَيْنَا غَيْرِ
بِعَيْدٍ ٬ وَإِذًا نَحْنُ عِنْدَ بَابِ بَغْدَادَ فَانْفَتَحَ كَأَوَّلِ مَرَّةٍ
٬ ثُمَّ أَتٰى بَابَ الْمَدْرَسَةِ كَذٰلِكَ فَدَخَلَ دَارَه۫ ٬ ثُمَّ فِى الْغَدِ
جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ أَقْرَأُ فَمَنَعَتْنِىْ هَيْبَتُه۫ ٬ فَقَالَ : يآ بُنَىَّ
إِقْرَأْ وَلَا عَلَيْكَ ٬ فَأَقْسَمْتُ عَلَيْهِ أَنْ يُبَيِّنَ لِىْ مَارَأَيْتُ
بِاْلأَمْسِ ٬ فَقَالَ : أَمَّا اْلبَلَدُ فَنَهَاوَنْدُ ٬ وَأَمَّا السِّتَّةُ فَهُمُ
اْلأَبْدَالُ النُّجَبآءُ ٬ وَأَمَّا صَاحِبُ اْلأَنِيْنِ فَسَابِعُهُمْ كَانَ مَرِيْضًا
٬ فَلَمَّا حَضَرَتْهُ اْلوَفَاةُ جِئْتُ أَحْضُرُ وَفَاتُه۫ ٬ وَأَمَّا الَّذِىْ حَمَلَه۫
عَلىٰ عَاتِـقِه۪ فَأَبُو اْلعَبَّاسِ الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ٬ أَخَذَه۫ لِيَتَوَلّٰى
أَمْرُه۫ ٬ وَأَمَّا اَّلذِىْ أَخَذْتُ عَلَيْهِ اْلعَهْدَ فَنَصْرَانِىُّ مِنَ اْلقُسْطَنْطِيْنِيَّةِ
٬ أَمَرْتُ أَنْ يَكُوْنَ عِوَضًا عَنِ الْمُتَوَفّٰى وَهُوَ اْلآنَ مِنْهُمْ ٬ قَالَ
أَبُوالْحَسَنِ ٬ وَأَخَذَ عَلَيَّ اْلعَهْدَ أَنْ لَا أُحَدِّثَ بِذٰلِكَ لِأَحَدٍ
مَا دَامَ حَيًّا ٬ وَقَالَ إِحْذَرْ مِنْ إِفْشآءِ السِّرِّ فِىْ حَيَاتِىْ ٬
Dan dari karomahnya lagi, bahwa Syaikh
Abal Hasan Al-Ma'ruf bin Thonthonah Al-Baghdadi semoga Allah ta'ala memberi
rahmat kepadanya, berkata pada hari wafatnya Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani,
semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), semoga Allah
mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi cahaya makamnya : Sewaktu saya
belajar di pondok Kanjeng Syaikh, saya tidak pernah tidur malam dikarenakan
sibuk memperhatikan keperluan Kanjeng Syaikh. Pernah pada suatu malam bulan
Shafar 553 H, beliau kaluar dari rumahnya, sayapun menghaturkan sebuah kendi
kepada beliau, tetapi tidak mau menerimanya dan menuju madrasah yang pintunya
terkunci, lalu beliau menudingnya, tiba-tiba pintu tersebut membuka sendiri.
Kanjeng Syaikh keluar dan saya membelakanginya dengan berkata dalam hati :
Sungguh Kanjeng Syaikh tidak tahu kalau sedang saya ikuti dari belakang,
kemudian pintu madrasah itu menutup sendiri. Kemudian beliau menuju ke pintu
kota Baghdad, demikian juga pintu kota membuka sendiri setelah ditudingnya,
tidak begitu beliau berjalan sampai di satu tempat yang belum saya kenal, maka
beliau masuk ke suatu tempat yang terdapat sebuah bangunan menyerupai pondok.
Tiba-tiba di dalamnya ada enam orang sedang duduk, setelah melihat Kanjeng
Syaikh mereka berdiri mengucapkan salam penghormatan kapada beliau dan saya
bersembunyi di belakang tiang pondok itu. Kemudian saya mendengar suara
rintihan dari tempat tersebut, sesaat kemudian suara rintihan tadi sudah tidak
terdengar lagi, kemudian masuk orang laki-laki ke tempat di mana terdengar
rintihan tadi dan kemudian keluar lagi dengan membopong seorang laki-laki dari
tempat tadi. Ketika itu juga datanglah seorang yang tidak memakai tutup kepala
dan berkumis panjang dan berhenti di depan Kanjeng Syaikh yang kemudian
diperintah untuk ikrar mengucapkan dua kalimat syahadat lalu dicukur rambut dan
kumisnya serta disuruh mengenakan tutup kepala dan diberi nama Muhammad. Dan
Kanjeng Syaikh berkata kepada enam orang tadi : Sungguh perintahkan agar
Muhammad ini menjadi gantinya orang yang meninggal tadi. Maka enam orang tadi
menjawab : Kami dengarkan dan akan kami laksanakan. Setelah itu beliau
meninggalkan mereka dan sayapun mengikutinya secara diam-diam, tidak seberapa
lama berjalan tiba-tiba sudah sampai kembali dipintu kota Baghdad, maka
membukalah pintu itu sebagaimana tadi, lalu sampai pula ke pintu madrasah dan
demikian juga, lalu beliau masuk ke rumahnya. Keesokan harinya saya menghadap
Kanjeng Syaikh untuk menguji, setelah menghadap saya takut dengan sendirinya
kerena kewibawaannya, sampai-sampai saya tidak bisa membaca kitab. Maka beliau
berkata : Wahai anakku bacalah dan tidak apa-apa. Kemudian saya mengatakan dan
bersumpah agar beliau berkenan untuk menjelaskan kejadian yang saya lihat
semalam. Maka beliau menjelaskan : Tempat yang saya kunjungi itu namanya
Nahaawandu, dan enam orang itu, mereka adalah wali abdal dan orang yang
merintih dalam keadaan sakit itu adalah orang ketujuh dari mereka. Ketika
sampai ajalnya, maka saya datang untuk ta'ziyah. Adapun orang yang membawa
jenazahnya itu adalah Abul Abas dengan sebutan nabi Khidlir as, ia mengambilnya
untuk dirawat yaitu dimandikan, dikafani dan di shalati serta dikuburkan. Dan
yang saya ikrarkan mengucapkan dua kalimat syahadat itu adalah Nashroni dari
negeri Qusthonthiniyah untuk saya jadikan ganti orang yang meninggal itu.
وَذَكَرَ الشَّيْخُ عَبْدِ اللهِ الْمُوْصِلِىُّ
٬ أَنَّ اْلإِمَامَ الْمُسْتَـنْجِدَ بِاللهِ أَبَا الْمُظَفَّرِ يُوْسُفَ جآءَ إِلَى
الشَّيْخِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَاسْتَوْصَاهُ ٬ وَوَضَعَ بَيْنَ
يَدَيْهِ مَالًا فِىْ عَشْرَةِ أَكْيَاسٍ يُحْمِلُهَا عَشْرَةٌ مِنَ الْخُدَّامِ ٬
فَرَدَّهَا الشَّيْخُ فَأَبَا الْخَلِيْفَةُ إِلَّا أَنْ يَقْبَلَهَا وَأَلَحَّ عَلَى
الشَّيْخِ ٬ فَأَخَذَ الشَّيْخُ كِيْسَيْنِ مِنْهَا فِىْ يَدَيْهِ ٬ وَهُمَا خَيْرُ
اْلأَكْيَاسِ وَأَحْسَنُهَا وَعَصَرَهُمَا فَسَالَا دَمَا ٬ فَقَالَ الشَّيْخُ لِلْخَلِيْفَةِ
أَمَّا تَسْتَحِىْ مِنَ اللهِ تَعَالٰى أَنْ تَأْخُذَ دَمَ النَّاسِ وَتُقَابِلَنِىْ
بِه۪ ٬ فَقَالَ الشَّيْخُ : وَعِزَّةِ الْمَعْبُوْدِ ٬ لَوْلَاحُرْمَةُ اتِّصَالِه۪
بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ٬ لِتَرَكْتُ الدَّمَ يَجْرِىْ إِلٰى
مَنْزِلِه۪ ٬
Syaikh Abdullah Al-Mushaliy bercerita :
Sesungguhnya ada seorang raja yang adil terkenal dengan sedutan Al-Mustanjid
billahi yaitu Abul Mudhoffar Yusuf datang menghadap Kanjeng Syaikh, semoga
Allah mensucikan rahasia-rahasianya dan memberi kesejahteraan, dan mohon untuk
dinasehati dengan membawa sepuluh kantong penuh berisi uang yang dibawa oleh
sepuluh pembantunya untuk hadiah Kanjeng Syaikh, tetapi Kanjeng Syaikh
menolaknya, maka raja itupun merasa kecewa dan mencemoohnya sambil memaksanya
agar Kanjeng Syaikh sudi untuk menerimanya. Maka Kanjeng Syaikh mengambilnya
dua kantong tadi, maka mengalirlah darah. Maka Kanjeng Syaikh berkata kepada
raja : Apakah raja tidak malu kepada Allah ta'ala dengan memeras darahnya
rakyat yang kemudian raja serahkan kepada saya dengan memaksanya? Seketika itu
juga sang raja menjadi pingsan. Kanjeng Syaikh berkata : Demi Dzat Yang Maha
Agung dan yang berhak disembah, seandainya saya tidak menghormati nasabnya yang
bersambung dengan Rasulullah saw, pasti saya biarkan darah itu terus mengalir
sampai di rumahnya.
قَالَ عَبْدُ اللهِ الْمَذْكُوْرِ : وَشَهِدْتُ
الْخَلِيْفَةَ عِنْدَه۫ يَوْمًا ٬ فَقَالَ لِلشَّيْخِ : أُرِيْدُ شَيْأً مِنَ اْلكَرَامَاتِ
لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِىْ ٬ قَالَ : وَمَا تُرِيْدُ ؟ قَالَ تُفَّاحًا مِنَ اْلغَيْبِ
وَلَمْ يَكُنْ أَوَّانُه۫ بِاْلعِرَاقِ ٬ فَمَدَّ الشَّيْخُ يَدَه۫ فِى الْهَوآءِ
٬ فَإِذًا فِيْهَا تُفَّاحَتَانِ ٬ فَنَاوَلَه۫ إِحْدَاهُمَا وَكَسَرَ الشَّيْخُ الَّتِىْ
فِىْ يَدَه۪ فَإِذًا هِيَ بَيْضآءُ تَفُوْحُ مِنْهَا رَائِحَةُ الْمِسْكِ ٬ وَكَسَرَ
الْخَلِيْفَةُ اْلأُخْرٰى فَإِذًا فِيْهَا دُوْدَةٌ ٬ فَقَالَ : مَاهٰذِه۪ وَاَّلتِىْ
بِيَدِكَ كَمَا تَرٰى ٬ أَوْ قَالَ : كَمَا أَرٰى ٬ قَالَ الشَّيْخُ : يَا أَباَ الْمُظَفَّرِ
٬ هٰذِه۪ لَمَسَتْهَا يَدُ الظَّالِمِ فَدَوَّدَتْ كَمَا تَرٰى ٬ وَهٰذِه۪ لَمَسَتْهَا
يَدُ الْوِلَايَةِ فَطَابَتْ ٬ وَقَدْ تَقَدَّمَتْ قِصَّةُ التُّفَّحِ الَّذِىْ جآءَ
بِهِ الْخَلِيْفَةُ لِلشَّيْخِ ٬
Syaikh Abdullah Al-Mushaliy menceritakan
lagi : Pada suatu hari saya menyaksikan raja Abul Mudhoffar Yusuf berada di
depan Kanjeng Syaikh, maka mengatakan kepada beliau : Saya ingin melihat
sesuatu dari kekaromahan untuk menenangkan hati saya. Kanjeng Syaikh bertanya :
Apa yang engkau kehendaki? Jawab sang raja : Saya menginginkan buah apel dari
alam ghoib. Padahal di Iraq waktu itu tidak ada musim apel. Maka Kanjeng Syaikh
menjulurkan tangannya ke udara, tiba-tiba di tangannya ada dua buah apel, maka
yang satu diberikan kepada raja dan satunya lagi dipegang. Kemudian Kanjeng
Syaikh memecah apel yang di tangannya, maka tiba-tiba apel itu warnanya putih
bersih, harum baunya bagaikan kasturi. Dan raja itupuin juga memecah apel yang
di tangannya, maka tiba-tiba apel itu penuh dengan ulat. Maka raja itu berkata
: Kenapa begini sedangkan apel yang di tangan Syaikh baik sekali. Kanjeng
Syaikh berkata : Wahai Abul Mudhoffar, apel ini di tangan orang lalim maka akan
mengeluarkan ulat sebagaimana kau lihat, sedang apel ini berada di tangan
kekasihnya Allah, maka menjadi harum baunya dan nikmat. Dan cerita apel ini
sudah pada kisah di muka yang dibawa oleh raja diaturkan kepada Kanjeng Syaikh.
وَكَرَمَاتُه۫ أَكْثَرُ مِنْ أَنْتُحْصٰى
وَأَعْظَمُ من أَنْ تُسْتَقْصٰى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَعَنَّا بِرِضآئِه۪ الرَّفِيْعِ
٬ وَأَمِدَّنَا بِمَدَدِهِ اْلوَسِيْعِ ٬
Dan kekaromahan beliau masih lenih banyak
dari yang sudah diterangkan dan lebih agung lagi sampai-sampai tidak bisa
diterangkan. Semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau dan atas kita
berkah keridlohan-Nya dan pertolongan kita atas pertolongan-Nya Yang Maha Luas.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan
anugerahkan kepada kami berkat rahasia kewalian yang Engkau titipkan kanjeng
Syaikh.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلَ
: وَهُوَمِنْ بَابِ التَّحَدُّثِ بِالنِّعْمَةِ ٬ لِقَوْلِه۪ تَعَالٰى : وَأَمَّا بِنِعْمَةِ
رَبِّكَ فَحَدِّثْ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, telah berkata, bahwa beliau melahirkan
rasa syukur atas kenikmatan yang diberikan kepadanya, karena firman Allah
ta'ala : Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut- nyebutnya
مَا مَرَّ مُسْلِمٌ عَلىٰ بَابِ مَدْرَسَتِىْ
إِلَّا خَفَّفَ اللهُ عَنْهُ اْلعَذَابَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ ٬ وَأُخْبِرَ أَنَّ شَخْصًا
يَصِيْحُ فِىْ قَبْرِه۪ فَمَضٰى إِلَيْهِ ٬ وَقَالَ إِنَّ هٰذَا زَارَنِىْ مَرَّةً
وَلَا بُدَّ أَنْ يَرْحَمَهُ اللهُ تَعَالٰى ٬ فَلَمْ يَسْمَعْ لَه۫ بَعْدَ ذٰلِكَ
صُرَاخٌ ٬
Tiada seorang muslim yang melewati pintu
madarasahku, melainkan Allah akan meringankan siksa yang menimpa padanya dihari
kiamat. Dan diberitakan bahwa sesungguhnya ada seorang yang menjerit-jerit
dalam kuburnya, maka Kanjeng Syaikh mendatangi kubur itu dan berkata :
Sesungguhnya orang ini pernah mengunjungi saya sekali, maka semestinya Allah
mengasihinya. Maka sejak itu tidak lagi terdengar suara menjerit-jerit dari
dalam kubur tadi.
وَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : عَشَرَ حُسَيْنُ
الْحَلَّاجُ عَشْرَةَ فَلَمْ يَكُنْ فِىْ زَمَنِه۪ مَنْ يَأْخُذُ بِيَدِه۪ ٬ وَلَوْ
كُنْتُ فِىْ زَمَنِه۪ لَأَخَذْتُ بِيَدِه۪
٬ وَأَنَا لِكُلِّ مَنْ َعَشَر مَرْكُوْبُه۫ مِنْ جَمِيْعِ أَصْحَابِىْ وَمُرِيْدِىْ
وَمُحِبِّىْ إِلٰى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ ٬ آخُذُ بِيَدِه۪ كُلَّمَا عَشَرَ حَيًّا وَمَيِّتًا
٬ فَإِنَّ فَرَسِىْ مُسْرَجٌ ٬ وَرُمْحِيْ مَنْصُوْبٌ ٬ وَسَيْفِيْ مَشْهُوْرٌ ٬ وَقَوْسِيْ
مَوْتُوْرٌ ٬ لِحِفْظِ مُرِيْدِىْ وَهُوَ غَافِلٌ ٬
Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan
keridlohan kepada beliau, berkata : Syaikh Husain Al-Halaj pernah terpeleset
satu kali dalam menjalankan kewaliannya, hanya saja waktu itu tidak ada
seorangpun yang dapat menolongnya, seandainya saya hidup pada zamannya, pasti
saya akan menolongnya, karena saya akan menolong orang-orang yang terpeleset
dari sahabat-sahabatku, murid-muridku dan orang-orang yang cinta kepadaku
sampai hari kiamat, saya gandeng tangannya, baik mereka masih hidup maupun
setelah mati. Disebabkan karena kudaku sudah terpasang pelananya dan tombakku
sudah tertancapkan dan pedangku sudah terhunus dan anak panahku sudah terpasang
busurnya untuk menjaga santriku yang sedang lupa.
وَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَا نَارُ
اللهِ الْمُوْقَدَةُ ٬ أَنَا سَلَّابُ الْأَحْوَالِ ٬ أَنَا بَحْرٌ بِلَا سَاحِلٍ
٬ أَنَا الْمَحْفُوْظُ ٬ أَنَا الْمَلْحُوْظُ ٬ يآ صُوَّامُ يآ قُوَّامُ ٬ يآ أَهْلَ
الْجِبَالِ دُكَّتْ جِبَالُكُمْ ٬ يآ أَهْلَ الصَّوَامِعِ هُدِّمَتْ صَوَامِعُكُمْ
٬ أَقْبِلُوْا إِلٰى أُمُوْرِ اللهِ ٬ يآ رِجَالُ يآ أَبْطَالُ ٬ يآ أَطْفَالُ ٬ هَلُمُّوْا
إِلَيَّ وَخُذُوْا عَنِ اْلبَحْرِ الَّذِىْ لَا سَاحِلَ لَه۫ ٬ يآ عَزِيْزُ أَنْتَ
وَاحِدٌ فِى السَّمآءِ ٬ وَأَناَ وَاحِدٌ فِى اْلأَرْضِ ٬ يُقَالُ لِيْ بَيْنَ الَّليْلِ
وَالنَّهَارِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ٬ وَأَنَا اخْتَرْتُكَ لِنَفْسِيْ ٬ وَيُقَالُ لِيْ
أَيْضًا سَبْعِيْنَ مَرَّةً ٬ وَلِتُصْنَعَ عَلىٰ عَيْنِيْ ٬ وَعِزَّةِ رَبِّيْ إِنَّ
السُّعَدآءَ وَاْلأَشْقِيآءَ يُعْرَضُوْنَ عَلَيَّ ٬ وَيُوْقَفُوْنَ لَدَيَّ ٬ وَإِنَّ
نُوْرَ عَيْنِيْ فِى الَّلوْحِ الْمَحْفُوْظِ مُقِيْمٌ ٬ أَنَا غَائِصٌ فِىْ بَحْرِ
عِلْمِ الْقَدِيْمِ ٬ أَنَا حُجَّةُ اللهِ عَلَيْكُمْ يَوْمَ اْلعَرْضِ ٬ أَنَا نَائِبُ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَارِثُه۫ ٬ يُقَالُ يآ عَبْدِ اْلقَادِرِ
٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) تَكَلَّمْ يُسْمَعْ مِنْكَ ٬ قَالَ الشَّيْخِ
عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) وَللهِ مَا شَرِبْتُ حَتّٰى
قِيْلَ لِيْ يآ عَبْدِ اْلقَادِرِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (اَلْفَاتِحَةُ) بِحَقِّيْ
عَلَيْكَ إِشْرَبْ ٬ وَمَا أَكَلْتُ حَتّٰى قِيْلَ لِيْ بِحَقِّيْ عَلَيْكَ كُلْ ٬
وَأَمَنْتُكَ مِنَ الرَّدٰى ٬ تَجِيْءُ السَّنَةُ تُسَلِّمُ عَلَيَّ وَتُخْبِرُنِيْ
بِمَا يَجْرِيْ فِيْهَا ٬ وَكَذَا الشَّهْرُ ٬ وَكَذَا اْلأُسْبُوْعُ ٬ وَكَذَا اْليَوْمَ
٬ وَقَالض مَرَّةً عَلَى اْلكُرْسِيِّ : إِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ تَعَالٰى فَاسْأَلُوْهُ
بِيْ ٬
Dan Kanjeng Syaikh, semoga Allah mecurahkan
keridlohan kepada beliau, berkata lagi : Saya ini ibarat apinya Allah yang
telah dinyalakan. Saya ini Waliyullah yang akan merobek setiap orang yang tidak
punya sopan santun kepadaku dan saya diberi ilmu bagaikan lautan yang tidak
bertepi, saya ini dijaga oleh Allah, saya waliyullah yang diperhati kan. Wahai
orang-orang yang berpuasa disiang hari, wahai yang ber tahajjud dimalam
harinya, wahai orang-orang yang tinggal digunung yang sudah dibinasakan
gunung-gunugnya, wahai orang-orang ahli gereja yang sudah dirobohkan
gereja-gerejanya, menghadaplah kalian untuk taat melaksanakan perintah-perintah
Allah, wahai wali rijal, wahai wali abthol, wahai wali athfal, kemarilah kalian
kepadaku, ambillah ilmu dari waliyullah yang bagikan lautan yang tiada bertepi.Wahai
Tuhan Yang Maha Agung, Engkaulah satu-satunya yang menguasai mahluk di langit
dan bumi, dan saya orang yang menyatukan hatiku hanya musyahadah kepada-MU di
bumi. Dikatakan kepadaku antara siang dan malam tujuh puluh kali : Aku (Allah)
memilihmu dengan Dzat-Ku. Dan diucapkan lagi kepadaku tujuh puluh kali : Kamu
dijadikan atas pemeliharaan-Ku. Demi keagungan Tukanku, bahwa orang-orang yang
beruntung dan celaka diperlihatkan kepadaku dan diberhentikan dihadapanku dan
sungguh nur mataku ada yang tinggal di lauhil mahfudh, saya adalah waliyullah
yang bisa melihat kejadian yang telah lalu, saya waliyullah yang besok hari
kiyamat dijadikan hujjatullah untuk kamu sekalian, saya sebagai pengganti dan
pewaris Rasulullah saw, dikatakan kepadaku : Wahai Abdul Qodir, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), bicaralah, maka dari
ucapanmu akan didengar/diterima. Kanjeng Syaikh Abdul Qodir, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), barkataa : Demi Allah saya
tidak akan minum sehingga dikatakan kepadaku : Wahai Abdul Qodir, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, (Al-Faatihah), dengan hak-Ku untukmu
silahkan minum. Serta tidak makan sehingga diucapkan kepadaku : Dengan hak-Ku
untukmu silahkan makan dan Saya telah selamatkan kamu dari segala yang merusak.
Masa tahun, bulan, seminggu dan hari, semuanya memberi salam kepadaku serta
memberitakan kejadian-kejadian pada waktu-waktu tersebut. Pada suatu ketika
beliau berada di atas kursinya dan berkata : Apabila kamu minta kepada Allah,
maka mintalah dengan tawasul kepadaku.
وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَسْمَرَ الَّلوْنِ
٬ مَقْرُوْنَ الْحاجِبَيْنِ ٬ عَرِيْضَ الِّلحْيَةِ طَوِيْلَهَا ٬ عَرِيْضَ الصَّدْرِ
٬ نَحِيْفَ اْلبَدَنِ ٬ رَبْعَ اْلقَامَةِ ٬ جَوْهَرِيَّ الصَّوْتِ ٬ بَهِيَ الصَّوْتِ
٬ سَرِيْعَ الدَّمْعَةِ ٬ شَدِيْدَ الْخَشْيَةِ ٬ كَثِيْرَ الْهَيْبَةِ ٬ مُجَابَ الدَّعْوَةِ
٬ كَرِيْمَ اْلأَخْلَاقِ ٬ طَيِّبَ اْلأَعْرَاقِ ٬ أَبْعَدَ النَّاسِ عَنِ اْلفُحْشِ
وَأَقْرَبَهُمْ إِلَى الْحَقِّ ٬ شَدِيْدَ اْلبَأْسِ ٬ إِذَا انْتُهِكَ مَحَارِمُ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ ٬ لَا يَغْضَبُ لِنَفْسِه۪ ٬ وَلَا يَنْصُرُ لِغَيْرِ رَبِّه۪ ٬ وَلَا
يَرُدُّ سآئِلًا وَلَوْ بِأَحَدِ ثَوْبَيْهِ ٬ وَكَانَ التَّوْفِيْقُ رَائِدَه۫ ٬ وَالتَّأْيِـيْدُ
مُعَارِضَه۫ ٬ وَاْلعِلْمُ مُهَذِّبَه۫ ٬ وَاْلقُرْبُ مُؤَيِّدَه۫ ٬ وَالْمُحَاضَرَةُ
كَنْزَه۫ ٬ وَالْمَعْرِفَةُ حِرْزَه۫ ٬ وَالْخِطَابُ مَسِيْرَه۫ ٬ وَالَّلحْظُ سَفِيْرَه۫
٬ وَاْلأُنْسُ نَدِيْمَه۫ ٬ وَاْلبَسْطُ نَسِيْمَه۫ ٬ وَالصِّدْقُ رَايَتَه۫ ٬ وَاْلفَتْحُ
بِضَاعَتَه۫ ٬ وَاْلعِلْمُ ضَيْعَتَه۫ ٬ وَالذِّكْرُ سَمِيْرَه۫ ٬ وَالْمُكَاشَفَةُ
غِذآءَه۫ ٬ وَالْمُشَاهَدَةُ شِفآءَه۫ ٬ وآدَابُ الشَّرِيْعَةِ ظَاهِرَه۫ ٬ وَأَوْصَافَ
الْحَقِيْقَةِ سَرآئِرَه۫ ٬ قَدَمُهُ التَّفْوِيْضُ وَالْمُوَافَقَةُ ٬ مَعَ التَّبَرِّىْ
مِنَ الْحَوْلِ وَاْلقُوَّةِ ٬ وَطَرِيْقُه۫ تَجْرِيْدُ التَّوْخِيْدِ ٬ وَتَوْحِيْدُ
التَّفْرِيْدِ ٬ مَعَ الْحُضُوْرِ فِىْ مَوْقِفِ اْلعُبُوْدِيَّةِ ٬ بَشَرٌ قَائِمٌ
فِىْ مَوْقِفِ اْلعَبْدِيَّةِ ٬ لَابِشَيْءٍ وَلَالِشَيْءٍ ٬ وَكَانَتْ عُبُوْدِيَّتُه۫
مُسْتَمَدَّةً مِنْ مَحْضِ كَمَالِ الرُّبُوْبِيَّةِ ٬ فَهُوَ عَبْدٌ سَمَا عَنْ مُصَاحَبَةِ
التَّفْرِقَةِ إِلٰى مُرَافَقَةِ الْجَمْعِ مَعَ لُزُوْمِ أَحْكَامِ الشَّرِيْعَةِ
٬ وَفَضآئِلُه۫ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَثِيْرَةٌ ٬ وَأَحْوَالُه۫ أَظْهَرُ مِنْ شَمْسِ
الظَّهِيْرَةِ ٬ وَكَانَتْ وَفَاتُه۫ دَامَتْ عَلَيْنَا بَرَكَاتُه۫ فِى اْليَوْمِ
الْحَدِىْ عَشَرَ مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ الثَّانِىْ سَنَةَ إِحْدٰى وَسِتِّيْنَ وَخَمْسِمِائَةٍ
٬ وَعُمْرُه۫ إِحْدٰى وَتِسْعِيْنَ سَنَةً ٬ وَدُفِنَ بِبَغْدَادَ ٬ وَقَبْرُه۫ ظَاهِرٌ
يُزَارُ ٬ وَيُقْصَدُ مِنْ سآئِرِ اْلأَقْطَارِ ٬ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَنَفَعَنَا
بِه۪ أَجْمَعِيْنَ ٬ اَللهم آمِيْنَ اَللهم آمِيْنَ ٬
Adalah Kanjeng Syaikh ra warna kulitnya
sawu matang, kedua alisnya bertemu, jenggotnya lebat dan panjang, dadanya
bidang, badan nya ramping, tingginya sedang, suaranya nyaring, dan merdu, mudah
menetes air matanya, sangat takut kepada Allah ta'ala, besar kewibawaan nya,
do'anya mustajabah, luhur budi pekertinya, keatas maupun kebawah keturunannya
baik, paling jauh-jauhnya manusia dari perbuatan jahat, dan sedekat dekatnya
manusia kepada perbuatan yang benar, sangat dimurkanya bila mengetahui larangan
Allah diterjang, tidak marah karena hanya menuruti hawa nafsunya, tidak mau
menolong karena selain Allah, tidak pernah menolak orang minta-minta walaupun
salah satu bajunya yang diminta, pertolongan Allah yang menjadi dasar pokok
hidupnya. Semua thoriqnya dikuatkan oleh Allah, ilmunya menjadi pembersih
kotoran, pendekatannya kepada Allah menguatkan kewaliannya, ingat kepada Allah
dengan hudlur yang menjadi gudang nya, ma'rifatnya kepada Allah menjadi bentengnya,
munajatnya kepada Allah menjadi amal perbuatannya, kewaspadaannya sebagai
peng-hubung dirinya kepada Allah, mesra kepada Allah menjadi kawan
berbincangnya, lapang dada menjadi kecintaannya, kebenaran menjadi lambang
hidupnya, terbukanya hati menjadi bekalnya, sifat penyantun menjadi wataknya,
dzikir kepada Allah menjadi ucapannya, persaksian nya kepada Allah menjadi
obat, peraturan agama menjadi jembatan nya, semua sifat-sifat ilmu hakikat
menjadi kepribadiannya, menyerah dan puas akan ketentuan Allah, dengan
menyadari tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah,
thoriqohnya menurut tauhid, meyakinkan ke Esaan Allah, dzikir dengan hati yang
hudlur pada waktu bertandang ibadah kepada Allah, beliau adalah seorang yang
sangat menyadari akan kejadiannya sebagai hamba Allah, dengan secara rutin
beribadah kepada Allah, bukan untuk sesuatu dan tidak karena sesuatu, tetapi
ibadahnya ikhlas karena sebagai hamba yang setia kepada sifat-sifat
kesempurnaan Allah dan beliau adalah hamba Allah yang agung, yang selalu
menyatu jiwanya dengan Allah waktu berdzikir dan disertai menepati terhadap
hukum-hukum Allah. Keistimewaan-keistimewaan Kanjeng Syaikh, semoga Allah
mecurahkan keridlohan kepada beliau, masih banyak lagi, perilaku utamanya
namapak jelas, bahkan lebih terang dari matahari diwaktu duhur. Beliau wafat
pada hari jum'at tanggal sebelas, Rabi'ul akhir 571 H. Umurnya sembilan puluh
satu tahun. Makamnya dikampung Bebul Aroj, Baghdad dan banyak dikunjungi orang
dari berbagai manca negara. Semoga Allah mecurahkan keridlohan kepada beliau,
dan memberikan kemanfa'atan kepada kita semua sebab beliau, ya Allah kabulkan,
ya Allah kabulkan.
اللهم انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا بِلْأَسْرَارِ الَّتِىْ أَوْدَعْتَهَا
لَدَيْهِ
Ya Allah, Hamparkanlah bau harum
keridhoan-Mu kepada kanjeng Syaikh, dan anugerahkan kepada kami berkat rahasia
kewalian yang Engkau titipkan kanjeng Syaikh.
وَحَيْثُ انْتَهٰى مآ أَرَدْنَا وَتَمَّ
مَا اهْتَمَمْنَا بِه۪ وَقَصَدْنَاهُ فَلْنَرْفَعْ إِلَى اللهِ تَعَالٰى أَكُفَّ اْلإِبْتِهَالِ
٬ وَنَتَوَسَّلَ بِه۪ وَبِنَتآئِجِه۪ أَرْبَابِ اْلأَذْوَاقِ وَاْلأَحْوَالِ ٬ فَنَقُوْلُ :
Dan setelah sampai apa yang menjadi
keinginan kami dan telah sempurna apa yang menjadi tujuan kami, dengan sopan
dan rendah hati, kita angkat tangan kita kehadapan Allah ta'ala dengan
berwasilah kepada Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani serta keturunannya yang
memiliki pribadi mulia dan perilaku terhormat, maka kita berdoa :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
٬ اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنْفَاسِ هٰذَا اْلعَارِفِ اْلأَكْبَرِ ٬ وَالسِّرِّ
اْلأَطْهَارِ ٬ اَلْوَارِثِ الْمُحَمَّدِيّ ٬ صَاحِبِ اْلإِدْلَالِ عَلَى اْلبِسَاطِ
اْلعِنْدِيْ ٬ وَبِالسَّالِكِيْنَ عَلىٰ مِنْهَاجِهِ اْلأَنْوَارِ ٬ وَالْمُغْتَرِفِيْنَ
مِنْ مَنْهَلِ مَعَارِفِهِ اْلأَعْذَبِ اْلأَزْخَرِ ٬ أَنْ تُمِدَّنَا بِطِيْبِ أَنْفَاسِهِمْ
٬ وَتُدْنِيَ لَنَا مِنْ ثِمَارِ غِرَاسِهِمْ ٬ يآ أَيَّتُهَا اْلأَرْوَاحُ الْمُقَدَّسَةُ
٬ يآ خَتْمُ ٬ يآ قُطْبُ ٬ يآ إِمَامَانُ ٬ يآ أَوْتَادُ ٬ يآ أَبْدَالُ ٬ يآ رُقَبآءُ ٬ يآ نُجَبآءُ ٬ يآ
نُقَبآءُ ٬ يآ أَهْلَ اْلغِيْرَةِ ٬ يآ أَهْلَ اْلأَخْلَاقِ ٬ يآ أَهْلَ السَلَامَةِ
٬ يآ أَهْلَ اْلعِلْمِ ٬ يآ أَهْلَ اْلبَسْطِ ٬ يآ أَهْلَ الْجِنَانِ وَاْلعَطْفِ
٬ يآ أَهْلَ الضِّيْفَانِ ٬ يآ أَيُّهَا الشَّخْصُ الْجَامِعُ ٬ يآ أَهْلَ اْلأَنْفَاسِ ٬ يآ أَهْلَ اْلغَيْبِ
مِنْكُمْ وَالشَّهَادَةِ ٬ يآ أَهْلَ اْلقُوَّةِ وِاْلعَزْمِ ٬ يآ أَهْلَ الْهَيْبَةِ
وِالْجَلَالِ ٬ يآ أَهْلَ اْلفَتْحِ ٬ يآ أَهْلَ مَعَارِجِ اْلعُلىٰ ٬ يآ أَهْلَ النَّفْسِ
٬ يآ أَهْلَ اْلإِمْدَادِ ٬ يآ أَهْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ ٬ يآ قُطْبَ الْقَاهِرِ
٬ يآ قُطْبَ الرَّقآئِقِ ٬ يآ قُطْبَ سَقِيْطِ الرَّفْرَفِ ابْنِ سَاقِطِ اْلعَرْشِ
٬ يآ أَهْلَ اْلغِنٰى بِاللهِ ٬ يآ قُطْبَ الْخَشْيَةِ ٬ يآ أَهْلَ عَيْنِ التَّحْكِيْمِ
وَالزَّوآئِدِ ٬ يآ أَهْلَ اِلبُدَلآءِ ٬ يآ أَهْلَ الْجِهَاتِ السِّتِّ ٬ يآ مُلَامَتِيَّةُ
٬ يآ فُقَرآءُ ٬ يآ صُوْفِيَّةُ ٬ يآ عُبَّادُ ٬ يآ زُهَّادُ ٬ يآ رِجَالَ الْمَاءِ
٬ يآ أَفْرَادُ ٬ يآ أُمَنآءُ ٬ يآ قُرّآءُ ٬ يآ أَحْبَابُ ٬ يآ أَجِلَّاءُ ٬ يآ مُحَدِّثُوْنَ
٬ يآ سُمَرآءُ ٬ يآ وَرَثَةَ الظَّالِمِ لِنَفْسِه۪ مِنْكُمْ ٬ وَالْمُقْتَصِدِ وَالسَّابِقِ
بِالْخَيْرَاتِ ٬ أَيُّهَا اْلأَرْوَاحُ الطَّاهِرَةُ مِنْ رِجَالِ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
٬ كُوْنُوْا عَوْنًا لَنَا فِىْ نَجَاحِ الطَّلَبَاتِ ٬ وَتَيْسِيْرِ الْمُرَادَاتِ
٬ وَإِنْهَاضِ اْلعَزَمَاتِ ٬ وَتَأْمِيْنِ الرَّوْعَاتِ ٬ وَسَتْرِ اْلعَوْرَاتِ
٬ وَقَضآءِ الدُّيُوْنِ ٬ وَتَحْقِيْقِ الظُّنُوْنِ ٬ وَإِزَالَةِ الْحُجُبِ اْلغَيَاهِبِ
٬ وَحُسْنِ الْخَوَاتِمِ وَاْلعَوَاقِبِ ٬ وَكَشْفِ اْلكُرُوْبِ ٬ وَغُفْرَانِ الذُّنُوْبِ ٬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih ladi Maha Penyayang, Ya Allah, sungguh kami mohon kepada-Mu dengan
perantara nafas-nafas orang-orang yang ma'rifat dan agung yang mengetahui
rahasia-rahasia suci, sebagai pewaris Nabi Muhammad saw, yang mempunyai
kedudukan tinggi ada di hamparan di sisi Allah, dengan perantara orang-orang
yang mengikuti jejak Kanjeng Syaikh yang lebih terang dan dengan perantara
orang yang menimba air minum ma'rifat Kanjeng Syaikh yang lebih manis dan lebih
agung airnya, untuk memberikan pertolongan-Mu kepada kami dengan perantaraan
keharuman nafas orang-orang yang mengikutu jejak kanjeng Syaikh, dan
dekatkanlah kami dengan buah-buahnya orang yang mengikuti jejak Kanjeng Syaikh.
Wahai arwah yang disucikan, wahai wali-wali pemungkas, wahai wali kutub, wahai
wali yang menjadui dua imam, wahai wali paku jagat, wahai wali abdal, wahai
wali yang waspada akan firman-firman Allah, wahai wali yang dermawan, wahai
wali yang mengetahui batinnya manusia, wahai wali pembela agama Allah, wahai
wali yang mempunyai budi pekerti yang luhur, wahai wali penyelamat, wahai wali
yang ber ilmu, wahai wali yang lapang dada, wahai wali yang ahli menjaga
jiwanya dan pengasih, wahai wali yang ahli menghormat tamu, wahai wali yang
ahli mengumpulkan ilmu syari'at, thoriqot, hakikat dan ma'rifat. Wahai wali
yang ahli menjaga nafasnya dengan dzkir, wahai wali yag tidak kelihatan
diantara kami dan yang kelihatan, wahai wali yang ahli meningkatkan ketaatan
kepada Allah, wahai wali yang berwibawa dan memiliki keagungan, wahai wali yang
yang terluka hatinya, wahai wali yang terus naik derajat luhurnya, wahai wali
yang ahli memerangi nafsunya, wahai wali penolong, wahai waliyang ahli menerima
ilham yang suaranya bagaikan bel, wahai wali yang menjadi paku jagat yang
mengalahkan, wahai wali kutub yang hatinya lunak, wahai wali yang menerima firman
dari rof-rof, putra wali yang menerima firman dari Arsy, wahai wali yang merasa
cukup, wahai wali kutub penakut kepada Allah, wahai wali yang kuat keyakinannya
denagn ilmu hikmah dan ma'rifatnya, wahai wali yang menjadi penggantinya Rasul,
wahai wali yang menetap pada enam arah, wahai wali tang tidak menempakkan
kebaikannya dan tidak memendam kejahatannya, wahai para wali yang mengharapkan
rahmat Allah, wahai para wali yang bersih jiwanya, wahai para wali yang ahli
ibadah, wahai parawali yang menjauhi dunia, wahai para wali yang berjalan di
atas air, wahai para wali yang menyendiri, wahai para wali kepercayaan Allah,
wahai para wali yang selalu membaca Al-Qur'an, wahai para wali yang menjadi
kekasih Allah, wahai para wali yang tinggi pangkatnya, wahai para wali yang
ahli hadits, wahai para wali yang ahli bangun malam bermunajat kepada Allah,
wahai para wali yang mewarisi para wali yang selalu merasa dholim kepada
dirinya serta menuju dan berlomba kepada kebaikan, wahai roh-roh yang suci dari
golongan wali yang dapat melihat rahasia dan yang nyata. Semoga engkau semua
para wali membantu kami untuk mendapat kan yang kami minta, memudahkan yang
kami kehendaki, menyemangatkan tujuan kami, menyelamatkan dari perkara yang
kami takutkan, menutup cacat-cacat kami, membayar semua hutang kami, menguatkan
baik sangka kami, menghilangkan tabir-tabir yang menggelapkan, kebaikan pada
akhirnya, melenyapkan segala kesedihan, dan pengampunan dosa-dosa kami.
عِبادَ اللهِ عِبَادَ اللهِ ٭ أَغِيْثُنَا
لِأَجْلِ اللهِ
وَكُوْنُوْاعَوْنَنَا لِلهِ ٭ عَسٰى
نَحْظٰى بِفَضْلِ اللهِ
Wahai hamba-hamba Allah, wahai
hamba-hamba Allah ٭
Tolonglah kami karena Allah
Jadilah kalian penolong kami karena Allah
٭ Semoga tercapai hajat karena anugerah Allah
وَيَاأَقْطَابُ وَيَا أَنْجَابُ ٭ وَيَاسَادَاتُ
وَيَا أَحْبَابُ
وَأَنْتُمْ يَا أُوْلِى اْلأَ لْبَابِ ٭ تَعَالَوْا
وَانْصُرُوْا لِلهِ
Wahai Para wali kutub, wahai para wali
yang dermawan ٭ wahai para sayyid dan habaib
Engkaulah yang memiliki akal sempurna ٭ kemarilah dan tolonglah karena Allah
سَأَلْنَاكُمْ سَأَلْنَاكُمْ ٭ وَلِلزُّلْفٰى
رَجَوْنَكُمْ
وَفِيْ أَمْـرٍقَصَدْ نَاكُمْ ٭ فَشُدُّوْا
عَزْمَكُمْ لِلهِ
Dengan perantaraan engkau kami memohon
(2x) ٭ dengan mengharapkan do'amu kami dekat dengan Allah
Dengan maksud perantaraan Engkau, untuk
tercapai urusan kami ٭
karenanya kokohkanlah tujuan kami karena Allah.
فَيَارَبِّيْ بِسَادَاتِىْ ٭ تَحَقَّقْ
لِيْ إِشَارَتِىْ
عَسٰى تَأْتِىْ بِشَارَتِىْ ٭ وَيَصْفُوْ وَقْـتُنَا لِلهِ
Wahai Tuhan kami, dengan perantaraan yang
menjadi wali-wali ٭
kokohkanlah petunjuk-Mu kepada kami.
Semoga lekas datang kebahagiaan kami ٭ semoga waktu kami bersih untuk beribadah karena Allah
بِكَشْفِ الْحُجْبِ عَنْ عَيْنِىْ
٭ وَرَفْعِ اْلبَيْنِ مِنْ بَيْنِىْ
وَطَمْسِ اْلكَيْفِ وَاْلأَيْنِ ٭ بِنُوْرِالْوَجْهِ
يَا اَللهُ
Dengan terbukanya tabir penutup mata kami
٭ dan hilangkan penghalang antara kami dan Allah
Dan terhapusnya keraguan, bagaimana dan
dimana Allah ٭ dengan cahaya Dzat Engkau Ya
Allah.
صَلَاةُ اللهِ مَوْلَنَا ٭ عَلىٰ
مَنْ بِالْهُدٰى جَانَا
وَمَنْ بِاْلحَقِّ أَوْلَانَا ٭ شَفِيْعِ
اْلخَلْقِ عِنْدَ اللهِ
WahaiTuhan kami, semoga kesejahteraan
Allah ٭ dilimpahkan kepada orang yang datang dengan membawa petunjuk
kepada kami.
Yaitu nabi Muhammad, yang memberikan
islam sebagai agama kami ٭
dan memberi syafaat kepada para makhluk disisi Allah
اَللهم وَكَمَا أَحْضَرْتَبَا خَتْمَ كِتَابِكَ
٬ الَّذِىْ أَعْرَبْتَ فِيْهِ عَنْ شَرآئِعِ أَحْكَامِكَ ٬ وَوَحْيِكَ الَّذِىْ أَنْزَلْتَه۫
مُفَرِّقًا بَيْنَ حَلَالِكَ وَحَرَامِكَ ٬ وَنَدَبْتَنَا لِلتَّعَرُّضِ لِثَوَابِهِ
الْجَسِيْمِ ٬ وَحَذَّرَتَنَا عَلىٰ لِسَانِ وَعِيْدَه۪ شَدِيْدَ عَذَابِكَ اِلأَلِيْمَ
٬ فَاجْعَلْنَا مِمَّنْ تَلِيْنُ قُلُوْبُهُمْ عِنْدَ سَمَاعِ آيَاتِه۪ ٬ وَيَدِيْنُ
لَكَ بِإِمْتِثَالِ أَوَامِرِه۪ وَمَنْهِيَّاتِه۪ ٬ فَاجْعَلْهُ نُوْرًا نَسْعٰى بِه۪
إِلٰى عَرَصَاتِ اْلقِيَامَةِ ٬ وَسُلَّمًا نَعْرُجُ بِه۪ إِلٰى دَارِ الْمُقَامَةِ ٬
Ya Allah, sebagaimana Engkau datangkan
kepada kami kitab-Mu yang menjelaskan tatanan hukum agama-Mu, Engkau turunkan
wahyu-Mu yang untuk membedakan antara yang halal dan yang haram dan Engkau
bangkitkan untuk menghadang pahala membaca kitab-Mu yang agung. Engkau telah
menakutkan kami akan siksa-Mu yang amat pedih atas ancaman firman-Mu, semoga
Engkau menjadikan kami dari golongan orang-orang yang lunak hati ketika
mendengar ayat-ayat-Mu, tunduk kepada-Mu dengan mengikuti perintah-perintah dan
menjauhi larangan-larangan kitab-Mu, maka jadikanlah kitab-Mu ini sebagai
pelita perjalanan dengan nur sampai pada halaman-halaman hari kiyamat dan
menjadi tangga untuk naik ke kampung kelanggengan.
اَللهم وَسَهِّلْ بِه۪ عَلَيْنَا كَرْبَ
السِّيَاقِ إِذَا دَنَا مِنَّا الرَّحِيْلُ ٬ وَبَلَغَتِ الرُّوْحُ مِنَّا التَّرَاقِيْ
٬ وَتَجَلّٰىمَلَكُ الْمَوْتِ لِقَبْضِهَا مِنْ حُجُبِ اْلغُيُوْبِ ٬ وَقِيْلَ مَنْ
رَاقٍ ٬ وَاْلتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقُ ٬ إِلٰى رَبِّكَ يَوْمَئِذِ نِ الْمَسَاقِ
٬ وَصَارَتِ اْلأَعْمَالُ قَلآئِدَ فِى اْلأَعْنَاقِ ٬
Ya Allah, dengan kitab-Mu ini,
mudahkanlah kami dari kepedihan rasa mati ketika sudah dekat kepada kami saat
pemberangkatan ke kampung baka' dan ketika roh kami sudah sampai di
tenggorokan, dan malakul maut yang hendak mencabut nyawa sudah nampak dari
tutup kesamaran, serta diucapkan : Siapakah yang dapat mengobati sakitnya mati,
dan telah menyatu betis yang satu dengan lainnya, pada hari itu tempat sampai
digiring kepada Tuhanmu, kemudian semua catatan amal dikalung kan di
leher-leher mereka.
اَللهم لَا تَغُلَّ يَدًا إَلَى اْلأَعْنَاقِ
أَكُفًّا تَضَرَّعَتْ إِلَيْكَ ٬ وَاعْتَمَدَتْ فِىْ صَلَوَاتِهَا عَلَيْكَ ٬ رَاكِعَةً
وَسَاجِدَةً بَيْنَ يَدَيْكَ ٬ وَلَا تُقَيِّدْ بِأَنْكَالِ الْجَحِيْمِ أَقْدَامًا
سَعَتْ إِلَيْكَ ٬ وَبَرَزَتْ مِنْ مَنَازِلِهَا إِلَى الْمَسَاجِدِ طَامِعَةً فِيْمَا
لَدَيْكَ ٬ وَلَاتُصِمَّ أَسْمَاعًا تَلَذَّذَتْ بِحَلَاوَةْ تِلَاوَةِ كِتَابِكَ اْلكَرِيْمِ
٬ وَلَاتَطْمِسْ بِالْعَمٰى أَعْيُنًا بَكَتْ فِى ظُلَمِ الَّليَالِىْ خَوْفًا مِنْ
عَذَابِكَ اْلأَلِيْمِ ٬
Ya Allah, janganlah Engkau mengikat
tangan ke leher yaitu tapak-tapak tangan yang menadah kepada-Mu dengan penuh
sopan dan menjadi kan berpegangan waktu mengerjakan shalat untuk-Mu dan ketika
ruku' dan sujud kehadirat-Mu. Dan janganlah Engkau ikat dengan rantai neraka
jahim kaki-kaki yang suka berjalan kepada-Mu dan keluar dari rumah-rumah menuju
ke masjid-masjid karena sangat mengharapkan pahala yang ada pada-Mu, dan
janganlah Engkau jadikan tuli pendengaran yang dapat merasa kan lezatnya dengan
hiasan bacaan kitab-Mu yang mulya dan jangan Engkau menghapus dengan kebutaan
mata-mata yang menangis dalam kegelapan malam karena takut dari siksa-Mu yang
amat sangat.
اللهم صَلِّى وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ أَرْبَابِ الذُّنُوْبِ ٬ وَعَلىٰ آلِه۪ وَأَصْحَابِه۪ أَطِبّآءِ
اْلقُلُوْبِ ٬ وَعَلىٰ أُمَّتِهِ الَّذِيْنَ كَشَفْتَ لَهُمْ كُلَّ مَحْجُوْبٍ ٬ وَأَنَلْتَهُمْ
كُلَّ مَحْبُوْبٍ ٬ مَاهَبَّتِ النَّفَحَاتُ السَّحَرِيَّةُ ٬ وَتَعَطَّرَتِ الْمَجَالِسُ
بِعَرْفِ أَخْبَارِ اْلأَخْيَارِ الزَّكِيَّةِ الْمِسْكِيَّةِ ٬ آمِيْنَ اَللهم آمِيْنَ ٬
Ya Allah semoga Engkau tetapkan rahmat
dan keselamatan-Mu untuk junjungan kami Nabi Muhammad yang memberikan
syafa'atnya kepada orang-orang yang mempunyai dosa-dosa, dan juga untuk
keluarganya serta para sahabatnya yang menjadi pengobat hati dan juga untuk
umatnya yang telah Engkau bukakan bagi mereka semua penutup hati dan telah
Engkau perkenankan semua yang mereka suakai selagi masih berhembus angin
kasturi di waktu sahur dan masih menyebar bau harum dalam majlis yang dibacakan
manaqib/riwayat orang-orang terpilih lagi suci hatinya bagaikan misik.
kabulkanlah ya Allah kabulkanlah.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا
يَصِفُوْنَ ٬ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ ٬ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٬
Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai sifat
menang dari segala perkara yang disifatkan oleh orang-orang kafir, dan semoga
keselamatan ditetapkan kepada semua utusan Allah. Segala puji bagi Allah Tuhan
seru sekalian alam.
ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ ٭ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ٭ فَرِّجْ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ
Wahai Tuhan yang maha pengasih lebih dari
segala yang mengasihi (3 x) ٭
berikanlah kelegaan (kelapangan) kepada orang-orang muslim
ياَ رَبَّناَ ياَ كَرِيْمُ ٭ ياَ رَبَّناَ
ياَ رَحِيْمُ
أَنْتَ الْجَوَّادُ الْحَلِيْمُ ٭ وَأَنْتَ
نِعْمَ الْمُعِيْنُ
Wahai Tuhan kami Wahai Yang Maha Mulia ٭ Wahai Tuhan kami Wahai Yang Maha Penyayang.
Engkau Yang Maha Pemberi lagi bersifat
santun ٭ Engkaulah sebaik-baik tempat untuk meminta pertolongan
وَلَيْسَ نَرْجُوْ سِوَاكَ ٭ فَادْرِكْ إِلٰهِىْ دَرَاكَ
قَبْلَ الْفَناَ وَالْهَلاَكِ ٭ يَعُمُّ دُنْيَا وَدِيْنَ
Kami tidak berharap melainkan kepadaMu ٭ maka capaikanlah kami Yaa Ilaahi dengan satu pencapaian
Sebelum datang kehancuran dan kemusnahan ٭ yang menular di dunia dan agama.
وَمَا لَنَا رَبَّنَا ٭
سِوَاكَ يَا حَسْبَنَا
يَا ذَا اْلعُلىٰ وَاْلغِنٰى ٭ وَيَا
قَوِيُّ يَا مَتِيْنُ
.
Kami tidak memiliki tumpuan wahai Tuhan kami ٭
selain Engkau, Wahai yang cukup diri-Mu sebagai penolong kami
Wahai Pemilik ketinggian dan Kekayaan ٭ Wahai yang Maha Kuat dan Maha Kokoh.
نَسْاَلُكَ وَالِيْ يُقِيْمُ ٭ اَلْعَدْلَ
كَىْ نَسْتَقِيْمُ
عَلىٰ هُدَاكَ اْلقَوِيْمُ ٭ وَلَا
نُطِيْعُ الَّلعِيْنُ
.
Kepada-Mu kami meminta pemimpin yang menegakkan ٭
keadilan, agar kami bisa istiqomah.
Berpegang pada petunjuk-Mu yang lurus ٭ dan kami tidak mematuhi orang yang terkutuk.
يَارَبَّنَا يَامُجِيْبُ ٭ أَنْتَ
السَّمِيْعُ اْلقَرِيْب ُ
ضَاقَ اْلوَسِيْعُ الرَّحِيْبُ ٭ فَانْظُرْ
إِلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
Ya Tuhan kami, Wahai pengabul do’a ٭ Engkau Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
Terasa sempit ruang yang luas dan lapang ٭ maka perhatikanlah kepada
orang-orang mukmin
نَظْرَةْ تُزِيْلُ اْلعَنَا ٭ عَنَّا وَتُدْنِىْ الْمُنَا
مِنَّا وَكُلَّ الْهَنَا ٭ نُعْطَاهُ
فِىْ كُلِّ حِيْنٍ
Dengan perhatian yang bisa mengusir
kepenatan ٭ dari kami, perhatian yang dapat mendekatkan pada keinginan
Dari kami, dan setiap kesenangan ٭ yang diberikan kepada kami, di setiap kesempatan
أَسْئَلُكَ بِجَاهِ الْجُدُوْدِ ٭ وَالِيْ يُقِيْمُ الْحُدُوْدَ
فِيْنَا فَيَكْفِى الْحَسُوْدَ ٭ وَيَدْفَعُ الظَّالِمِيْنَ
Kepada-Mu aku memohon dengan sunguh ٭ seorang pemimpin yang menegakkan batas-batas.
Di tengah kami, batas-batas yang mencegah
orang-orang dengki ٭
dan membasmi orang-orang zalim
يُزِيْلُ لِلْمُنْكَرَاتِ ٭ يُقِيْمُ لِلصَّلَوَاتِ
يَأْمُرُ بِالصَّالِحَاتِ٭ مُحِبُّ لِلصَّالِحِيْنَ
Memberantas berbagai kemungkaran ٭ mendirikan shalat lima waktu
Memerintahkan berbagai perbuatan baik ٭ mencintai orang-orang yang sholih
يُزِيْحُ كُلَّ الْحَرَامِ ٭ يَقْهَرُ كُلَّ الطَّغَامِ
يَعْدِلُ بَيْنَ اْلأَنَامِ ٭ يُؤَمِّنُ
الخآئِفِيْنَ
Menyingkirkan semua yang haram ٭ menghapuskan semua kebodohan
Berlaku adil di tengah-tengah manusia ٭ memberikan rasa aman untuk orang-orang yang ketakutan
رَبِّ اسْقِنَا غَيْثَ عَامٍ ٭ نَافِعْ
مُبَارَكْ دَوَامَ
يَدُوْمُ فِىْ كُلِّ عَامٍ ٭ عَلىٰ مَمَرِ السِّنِيْنَ
Ya Tuhanku, siramilah kami dengan hujan
yang merata ٭ manfaat dan berkahnya,
selama-lamanya.
Yang terus berlangsung setiap tahun ٭ dalam jangka bertahun-tahun
رَبِّ احْيِنَا شَاكِرِيْنَ ٭ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ
نُبْعَثْ مِنَ الْآمِنِيْنَ ٭ فِىْ
زُمْرَةِ السَّابِقِيْنَ
Ya Tuhanku, hidupkanlah kami dalam syukur
٭ dan wafatkanlah kami sebagai muslim
Bangkitkanlah sebagai orang yang aman ٭ di dalam rombongan orang-orang terdahulu
بِجاَهِ طٰهَ الرَّسُوْلِ ٭ جُدْ رَبَّناَ
بِالْقَبُوْلِ
وَهَبْ لَناَ كُلَّ سُوْلٍ ٭ رَبِّ اسْتَجِبْ
لِيْ آمِيْنَ
Dengan kedudukan Thaaha utusan Allah ٭ bermurah hatilah, wahai Tuhan kami, untuk menerima
Anugerahilah kami setiap sesuatu yang
diminta ٭ Ya Tuhanku, kabulkanlah untukku dan perkenankanlah
عَطَاكَ رَبِّيْ جَزِيْلٌ ٭ وَكُلُّ
فِعْلِكْ جَمِيْلٌ
وَفِيْكَ أَمَلْنَا طَوِيْلٌ ٭ فَجُدْ عَلَى الطَّامِعِيْنَ
Pemberian-Mu, ya Tuhanku, amat banyak ٭ semua perbuatan-Mu itu indah
Pada-Mu angan kami menjadi panjang ٭ maka bermurahlah pada orang-orang yang berkeinginan besar
يَارَبِّ ضَاقَ الْخِنَاقُ ٭ مِنْ فِعْلِ
مَا لَا يُطَاقُ
فَامْنُنْ بِفَكِّ اْلغَلَاقِ ٭ لِمَنْ
بِذَنْبِه۪ رَهِيْنٌ
Ya tuhanku, leher ini terasa sempit ٭ karena amal yang tidak sanggup kupenuhi
Maka karuniailah, dengan membuka penutup ٭ orang yang tersandra dosanya
وَاغْفِرْ لِكُلِّ الذُّنُوْبِ ٭ وَاسْتُرْ
لِكُلِّ الْعُيُوْبِ
وَاكْشِفْ لِكُلِّ الْكُرُوْبِ ٭ وَاكْفِ أَذَى الْمُؤْذِيِـيْنَ
Ampunkanlah semua dosa ٭ tutupilah semua aib
Hilangkan segala kesusahan ٭ jauhkan gangguan orang-orang jahat
وَاخْتِمْ بِأَحْسَنْ خِتاَمٍ ٭ إِذَا دَناَ
اْلإِنْصِرَامُ
وَحاَنَ حِيْنُ الْحِماَمِ ٭ وَزَادَ رَشْحُ الْجَبِيْنِ
Sudahilah kami dengan sebaik-baik
kesudahan ٭ apabila hampir waktu untuk berpisah
Ketika hampir kepada maut ٭ saat kening bercucur keringat
ثُمَّ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ٭ عَلىٰ شَفِيْعِ اْلأَناَمِ
وَاْلآلِ نِعْمَ الْكِرَامُ ٭ وَالصَّحْبِ وَالتَّابِعِيْنَ
Dan shalawat serta salam, curahkanlah ٭ kepada pemberi Syafa’at bagi seluruh manusia
Dan keluarganya, orang-orang terhormat
paling baik ٭ juga para sahabat dan
tabi’in
----------------- IIIII -----------------
Salah satu do'a yang bisa di amalkan,
(kalau bisa setiap selesai shalat) supaya kita dapat berziarah ke Mekkah dan
Madinah berkali-kali, insya Allah
اللهم يَسِّرْلَنَا زِيَارَةَ مَكَّةَ وَمَدِيْنَةَ
بِغَيْرِ كَدٍّ وَلَا مَشَقَّةٍ مَعَ السَّلَامَةِ وَاْلبَرَكَةِ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ
مِرَارًا يَا اَللهُ مَرَّةَ بَعْدَ مَرَّاتٍ يَا اَللهُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah, mudahkanlah kami untuk dapat
ziarah ke Mekkah dan Madinah, tanpa susah payah dan kesualitan dengan selamat
dan barokah, dan terpenuhi cita-cita, berulang-ulang ya Allah, berkali- kali ya
Allah, berkat rahmat-Mu Wahai Dzat Yang Maha Pengasih