MATAN SANUUSIYYAH (Tentang Ilmu Tauhid)
MUQODDIMAH ILMU TAUHID
1.Definisinya, secara bahasa adalah Pengetahuan bahwa sesuatuitu satu. Secara
syara’ adalah Pengetahuan untuk bisa menguasai penetapan aqidah-aqidah agama,
yang didapat dari dalil-dalilnya yang bersifat keyakinan.
2.Obyek kajiannya adalah Dzat
Alloh dan Dzat rosul-rosul-Nya (tentang hal-hal yangwajib, mustahil danjaiz),
hal-hal yang mungkin/mumkin sebagai perantara untuk menuju keyakinan adanya
pencipta, dan hal-hal yang didengar/sam’iyyat/riwayat-riwayat (tentang
keyakinan akan hal-hal itu).
3.Buah hasil ilmu tauhid
adalahMa’rifatulloh (mengetahui Alloh) dengan bukti- bukti pasti, dan beruntung
dengan kebahagiaan abadi.
4.Keutamaannya adalah merupakan
ilmu syara’ yang paling mulia, karena berhubungan dengan Dzat Alloh dan
rosul-rosul-Nya, serta yang bersangkut paut dengan itu semua. 5.Pelopor pembuat
ilmu tauhid : Abu Hasan Al-Asy’ariy (Bashroh, 874-935 M) dan Abu Mansur
Al-Maturidiy (Samarkand, wafat 944 M).
6.Hukum mempelajarinya : wajib
‘ain bagi setiap orangmukallaf, lelaki maupun perempuan.
7.Masalah-masalahnya :
Aturan-aturan atau hukum yang membahas hal-hal yang yang wajib, mustahil
danjaiz.
HUKUM AQLIY
Hukum secara akal teringkas jadi
tiga :
1.Wujub. Wajib adalah sesuatu
yangketiadaannya tidak tergambar (tak bisa diterima) oleh akal, misal manusia
itu pasti akan mati, akal tidak menerima adanya manusia yang tidak akan mati
alias abadi.
2.Istikhalah. Mustahil adalah
sesuatu yang adanya itu tidak tergambar oleh akal, misal mustahil manusia akan
hidup terus, akal tidak menerima adanya manusia yang hidup terus.
3.Jawaz. Jaiz adalah sesuatu yang
ada dan tidak adanya, itu sah/benar menurut akal, misal manusia itu bisa
berumur 82 tahun, adanya manusia yang umurnya mencapai 82 tahun, atau tidak
berumur 82 tahun, itu bisa diterima oleh akal.
SIFAT WAJIB BAGI
ALLOH SWT
Orangmukallaf secara syara’ wajib
mengetahui hal-hal yang wajib, mustahil danjaiz bagi Alloh dan rosul-rosul-Nya.
Termasuk hal yang wajib (pasti) bagi Alloh adalah 20 sifat yang terbagi sebagai
berikut :
a. Sifat Nafsiyyah
1.Wu jud (ada)
b. Sifat Salbiyyah
2. Qidam (dahulu tanpa permulaan)
3. Baqo’ (kekal abadi) 4. Mukholafatul
lil khawadits (berbeda denga makhluq) 5. Qiyamuhu binafsih (berdiri
sendiri), tidak membutuhkan tempat dan pembuat (yang mewujudkan) 6. Wahdaniyyah
(satu Dzat, sifat dan tindakan-Nya)
c. Sifat Ma’aniy
7.Qudroh(kuasa)
8.Irodah(berkehend ak) Qudroh dan Irodah berta’aluq dengan segala sesuatu yang
mungkin adanya (mumkinat) 9.‘Ilmu(mengetahui) Berta’aluq dengan segala
yangwajib (pasti),jaiz danmustahil. 10.Hayat(hidup) Tidak berta’aluq dengan
sesuatupun 11.Sama’(menden gar) 12.Bashor(melihat) Sama’dan Bashorberta’aluq
dengan segala sesuatu yang ada (maujud) 13.Kalam(berfirman) Berbicara tanpa
dengan huruf dan suara.Kalam berta’aluq dengan segala yangwajib (pasti),jaiz danmustahil.
Ta’aluq adalah tuntutan sifat
terhadap suatu tambahan pada dzat (yang mempunyai sifat itu), sesuai dengan
sifat itu. Misal melihat, menuntut adanya barang yang dilihat, nah
tuntutan/hubungan antara melihat (sebagai sifat) dengan barang yang dilihat
(sebagai tambahan bagi dzat yang melihat), itulahta’aluq. Berbeda dengan hidup,
yang tidak menuntut tambahan lain selain pada dzat yang hidup itu sendiri,
sehingga hidup itu tak mempunyai ta’aluq.
d. Sifat Ma’nawiyyah
Merupakan sifat-sifat yang sangat
erat hubungannya (mulazimah) dengan tujuh sifatMa’ani y sebelumnya. Alloh
bersifat kuasa (Qudroh), maka keadaan Alloh itu pasti Dzat yang maha berkuasa
(Qoodir) dan seterusnya.
14.Adanya Alloh itu Dzat yang
berkuasa (Qoodir)
15.Adanya Alloh itu Dzat yang
berkehendak (Muriid)
16.Adanya Alloh itu Dzat yang
mengetahui (‘Aalim)
17.Adanya Alloh itu Dzat yang
hidup (Hayyun)
18.Adanya Alloh itu Dzat yang mendengar (Samii’)
19.Adanya Alloh itu Dzat yang melihat (Bashiir)
20.Adanya Alloh itu Dzat yang berfirman (Mutakallim)
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLOH SWT
Termasuk hal yang mustahil bagi Alloh adalah 20 sifat kebalikan dari 20
sifat wajib sebelumnya, yakni : 1. ‘Adam(tiada) 2. Khuduts(baru) 3. Fana’
(rusak, menjadi tiada) 4. Mumatsalatul lil khawadits (sama dengan makhluq).
Misal : - Berupajirm (materi benda) yang butuh tempat kosong - Berupa‘ i rd h
(sifat/tabiat/kelakuan) yang menempel pada jirm - Berada di arah suatujirm -
Mempunyai arah (di atas, di kiri, di selatan dsb.) - Dibatasi oleh ruang dan
waktu - Dzat-Nya disifati dengan hal-hal yang baru - Disifati dengan kecil atau
besar - Mempunyai tujuan-tujuan dengan tindakan dan hukum-hukum-Nya. Jadi dalam
penciptaan manusia dan adanya perintah kewajibansholat, Alloh tidak mempunyai
tujuan-tujuan tertentu misal supaya mereka menyembah dan ingat kepada Alloh.
Namun semua itu mempunyai hikmah sehingga tidak sia-sia penciptaannya. 5.
Ihtiyajuhu lighoirih (tidak berdiri sendiri, butuh yang lain), misal berupa
sifat yang ada pada satu tempat, atau membutuhkan pembuat (yang mewujudkan). 6.
Ta’adud (berbilangan, berjumlah, tidak esa). Misal : - Dzatnya mempunyai
kembaran yang lain - Benda-benda yang ada itu mempunyai peran dalam menyebabkan
sesuatu disamping Alloh sendiri. Jadi api itu tidak menyebabkan terbakar, pisau
itu tidak menyebabkan terpotong, dan makanan itu tak menyebabkan kenyang, yang
menyebabkan (muatstsir) itu semua adalah Alloh sendiri. 7. ‘Ajz (lemah) dari
segala yang mungkin (mumkin). 8. Karohah (terpaksa). Mustahil Alloh menjadikan
satu bagian alam disertai rasa terpaksa atas terjadinya hal itu, dengan kata
lain tanpa menghendakinya, atau menjadikannya karena lupa, karena sebab
tertentu atau karena watak tabiatnya. 9. Jahl (bodoh, tidak mengetahui)
terhadap segala yang ma’lum. 10.Maut(mati) 11.Shomam(tuli) 16.Jaahil (Dzat yang
bodoh) 12.‘Amaa(buta) 17.Ma yyit (Dzat yang mati) 13.Bukm(bisu) 18.Ashomm (Dzat
yang tuli) 14.‘Aajiz (Dzat yang lemah) 19.A’ maa (Dzat yang buta) 15.Kaarih
(Dzat yang terpaksa) 20.Abka m (Dzat yang bisu)
SIFAT JAIZ BAGI ALLOH SWT
SifatJaiz (wenang) Alloh adalah
fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, melakukan segala sesuatu yang mungkin atau
meninggalkannya. Alloh bebas menciptakan seseorang itu besar, gemuk, tinggi,
hitam, kaya dan pandai, atau tidak seperti itu.
BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN
JAIZ ALLOH
1. Wujud (ada)
Bukti wujudnya
Alloh swt adalah barunya alam (baru muncul/ada dari yang sebelumnya tidak ada),
karena seandainya tidak ada yang menjadikan alam, tapi alam terwujud dengan
sendirinya, maka akan terjadi suatu kesamaan antara ada dan tiada atau
keunggulan salah satunya tanpa ada sebab yang mengunggulkannya, dan itu
mustahil. Gambarannya, ada sebuah timbangan yang kanan-kirinya terdapat benda
yang sama berat, tiba-tiba yang kiri turun ke bawah (lebih berat) tanpa ada
sebab yang mendorongnya, baik kejatuhan benda lain, dihembus angin atau ditekan
dengan tangan, bukankah itu mustahil ?. Jadi mustahil adanya benda baru, dari
yang tadinya tiada, menjadi ada, tanpa ada yang membuatnya, sehingga setiap
benda baru pasti ada penciptanya, yang menciptakannya dari tiada menjadi ada,
dan yang menciptakannya itu pasti ada (wujud), karena sesuatu yang tidak ada,
pasti tidak bisa mengadakan sesuatu. Adapun bukti bahwa alam ini baru adalah,
karena alam ini menetapi sifat-sifat baru (‘irdh), seperti bergerak dan diam,
serta terdiri dari berbagai bentuk (ada hewan, tumbuhan, bebatuan dll). Sedang sesuatu yang tidak bisa terlepas
dari sifat baru, pasti merupakan benda baru. Bukti bahwa‘ i rdh (sifat, tabiat,
kelakuan yang ada padajirm) itu baru adalah terlihatnya perubahan-perubahan
dari tiada menjadi ada, dan dari ada menjadi tiada, misal dari kecil (tidak
besar) menjadi besar, dan dari putih (tidak hitam) menjadi hitam, atau
sebaliknya.
2. Qidam (dahulu tanpa permulaan)
Bukti qidamnya Alloh adalah, seandainya Alloh
tidak qidam, maka pasti Dia khaadits (baru), sehingga butuh yang mewujudkannya
(membuatnya baru, mukhdits), akibatnya akan pasti akan terjadidaur (siklus)
atautasalsul (rantai).
Daur (lingkaran sebab akibat) ialah adanya
masing-masing dari dua benda atau lebih, tergantung pada adanya yang lain.
Berarti masing-masing terwujud sebelum sebabnya wujud. Ini jelas salah.
Gambaran kemustakhilannya : Tuhan A dicipta oleh tuhan B, tuhan B dicipta oleh
tuhan C, tuhan C dicipta oleh tuhan D, sedang tuhan D dicipta oleh tuhan A
sendiri…, jadi tuhan A itu ada sebelum dzatnya sendiri ada, karena diciptakan
oleh hasil ciptaanya sendiri, ini jelas-jelas salah.
![]() |

= Ada
tidaknya tergantung (dicipta oleh)
Tasalsul
ialah keadaan berturut-turut dan susul-menyusulnya beberapa hal sejak zaman
azali (tak ada permulaan), dan tak ada habis-habisnya. Gambaran kemustakhilannya : Tuhan 1 dicipta oleh
tuhan 2, tuhan 2 dicipta oleh tuhan 3, tuhan 3 dicipta oleh tuhan 4, dan
seterusnya tak terhingga. Ini jelas mustahil.

2.
Baqo’ (kekal)
Bukti kekalnya Alloh adalah, seandainya Alloh tidak kekal maka Alloh pasti
bersifat fana’ (rusak), yang artinya berpeluang menjadi tidak ada (‘adam), tapi
ini mustahil, karena Alloh sendiri bersifat Qidam (dahulu tanpa permulaan,
tidak pernah menemui masa ketiadaan), dengan bukti yang telah lalu. Karena
ketika tidak kekal, maka wujudnya Alloh adalah jaiz (bisa ada, bisa tiada),
bukan wajib (pasti ada), sedang sesuatu yang jaiz adanya, pastilah baru.
4.Mukholafatul lilkhawadits (beda dengan mahluq) Bukti Alloh berbeda dengan
makhluq-Nya adalah, seandainya Alloh memiliki sifat-sifat makhluq, seperti
berupa ‘irdh atu jirm, maka Alloh pastilah baru, sama seperti makhluq-makhluq
itu. Hal ini mustahil dengan bukti dari sifat qidam dan baqo yang telah lalu.
5.Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri)
Bukti Alloh berdiri sendiri adalah, seandainya Aloh membutuhkan tempat,
maka Alloh pasti berupa sifat, padahal sifat itu tidak bisa disifati dengan
sifat-sifatma’aniy maupunma’nawiyyah, sedang Alloh sendiri wajib (pasti)
bersifat dengan kedua sifat- sifat itu, jadi Alloh pastilah bukan berupa sifat.
Salah satu ciri esensi/sifat dan jasmani adalah membutuhkan sandaran atau
tempat, seperti tubuh kita, warna, rasa dan lainnya. Seandainya Alloh
membutuhkanmukhoshshish (penentu, yang mewujudkan), pastilah Alloh itu baru,
bagaimana itu terjadi ?! padahal bukti Alloh itubersifat qidam dan baqo telah
terang di depan.
6. Wahdaniyyah (esa)
Bukti bahwa Alloh itu Maha Esa adalah, seandainya Alloh tidak esa,pastilah
alam ini tidak terwujud sama sekali, karena lemahnya Alloh sendiri ketika itu.
Misal seandainya di situ ada dua tuhan, maka kemungkinan bisa terjadi
perselisihan diantara keduanya, yang satu menghendaki menciptakan sesuatu,
sedang yang lain malah menghendaki meniadakannya, maka ketika itu pasti
keduanya lemah, karena tujuan keduanya tak mungkin terwujud secara bersamaan,
karena mengadakan dan meniadakan adalah perbuatan yang saling berlawanan, tak
terwujud pula tujuan salah satunya saja, karena hal itu menunjukkan lemahnya
tuhan yang tujuannya tak terwujud, sedang kedua tuhan itu harus mempunyai sifat
yang sama, sehingga hal itu pula menunjukkan kelemahan yang lainnya.
Diriwayatkan bahwa Ibnu Rusydi pernah berkata : “ketika salah satu tujuannya
terwujud, yang lain tidak, maka yang terwujud tujuannya itulah Tuhan yang
sebenarnya (al-ilah)”.
7.Qudroh (kuasa), Irodah (berkehendak), ‘Ilmu
(tahu) dan Khayat (hidup)
Bukti Alloh bersifat qudroh, irodah, ‘ilmu dan khayat adalah, seandainya
Alloh tidak memiliki salah satu dari keempat sifat itu, maka pasti memiliki
sifat kebalikannya, sehingga tidaklah tercipta seonggok makhluqpun. Maksudnya
seandainya Alloh lemah (‘ajz), terpaksa (tak memiliki kemauan,karohah) atau
bodoh (jahl), maka pastilah penciptaan alam tak akan terwujud. Seandainya Alloh
mati (kebalikan dari khayat), maka pastilah tidak mungkin memiliki sifat yang 20
itu, karena syarat untuk memiliki kedua puluh sifat itu adalah harus hidup,
sehingga pastilah alam ini tak akan bisa terwujud. 8.Sama’ (mendengar), Bashor (melihat) dan Kalam
(berfirman)
Buktinya adalah al-Qur’an, sunah dan ijma’. Dan juga seandainya Alloh tidak
bersifat sama’, bashor, dan kalam, maka pastilah bersifat kebalikannya (tuli,
buta dan bisu), sedang sifat kebailkannya itu merupakan kekurangan-kekurangan
yang pasti mustahil bagi Alloh yang maha sempurna.
9. Sifat Jaiz
Bukti bahwa melakukan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya adalah
wenang bagi Alloh yaitu, seandainya melakukan hal itu adalah wajib secara akal
atau mustahil secara akal, pastilah sesuatu yang mungkin itu berbalik menjadi
wajib atau mustahil, dan itu tak masuk akal, bagaimana mungkin suatu hakikat
berubah menjadi hakikat yang lain.
SIFAT-SIFAT WAJIB PARA ROSUL
1. Shidhq (benar)
Sesuainya khobar (informasi) dari mereka dengan kenyataan (realitas) yang
ada. Ada tiga macam bentuk sidhq-nya :
1. benar dalam da’wah kerosulan (risalah) yang dibawanya
2. benar dalam dalam hokum-hukum yang mereka sampaikan dari Alloh
3. benar dalam ucapan yang berhubungan erat dengan masalah keduaniaan,
misal mengatakan Zaid telah datang, aku telah makan, aku membelinya dari Umar
dsb. Yangdimaksud disini adalah nomor 1 dan 2, sedang nomor 3 masuk amanah.
2. Amanah (terpercaya)
Tiadanya khianat mereka untuk melakukan perbuatan haram atau makruh :
Terjaganya jiwa-raga mereka dari perbuatan yang dilarang, baik haram maupun
makruh. : Sesuatu yang menancap dengan kuat (dimiliki) dalam hati yang mencegah
pemiliknya melakukan hal-hal yang dilarang. : Terjaga dari berbuat dosa
(‘ishmah)
3. Tabligh (menyampaikan)
Menyampaikan apa (wahyu) yang diperintahkan pada mereka untuk disampaikan
pada makhluq (umatnya). Ada
tiga macam bentuk wahyu :
1.Apa yang wajib mereka sampaikan
2.Apa yang wajib mereka rahasiakan (simpan)
3.Apa yang mereka diberi pilihan antara disampaikan atau disimpan,
terserah.
4. Fathonah (cerdas)
Para rosul pasti bersifat fathonah, yaitu cerdas dan waspada pikirannya,
guna mendukung da’wah risalahnya.
Maksud wajib disini adalah tiada lepasnya sifat-sifat tersebut, meski
dengan dalil syara’, karena wajibnya sfat amanah dan tabligh dengan dalil
syara’ (naqliy), sedang wajibnya shidq dengan dalil akal (‘aqliy), walaupun
mu’jizat yang sebagai tanda yang menunjukkan shidhq, itu berdasar adat
kebiasaan (‘adiy).
SIFAT-SIFAT MUSTAHIL PARA ROSUL
1. Kidzb (bohong) : Tidak sesuainya informasi yang diberikan,
dengan realitas yang ada. 2. Khianat : Melakukan tindakan (termasuk
ucapan) yang dilarang baik haram maupun makruh, meski pernah diriwayatkan nabi
pernah buang air kecil sambil berdiri, basuhan wudhu berkali-kali pernah dua
kali-dua kali, karena itu untuk tasyri’ (memberi pelajaran syara’) dan menerangkan
kebolehannya, dan tasyri’ seperti itu adalah wajib bagi beliau. 3. Kitman (menyembunyikan) : Merahasiakan (menyimpan) sesuatu yang
diperintahkan untuk disampaikan, meskipun lupa. Karena mereka tidak boleh lupa
terhadap hokum-hukum yang harus mereka sampaikan dari Alloh, walaupun dalam
masalah lain mereka boleh lupa. Nabi sendiri pernah lupa untuk mengerjakan
sholat, tetapi disebabkan kesibukan hatinya mengagungkan Alloh. 4.Al-Ghoflah
(lalai) & ‘Adamul Fathonah (tidak cerdas)
SIFAT JAIZ PARA ROSUL
Para rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa
(al- a’roodh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat
mereka yang luhur, misal sakit, lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri
dan sebagainya. BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ PARA ROSUL
1. Shidhq Buktinya adalah, seandainya mereka tidak benar,
maka pastilah berdusta (kidzb) akan khobar Alloh, padahal Alloh telah
membenarkan mereka dengan penurunan mu’jizat, sesuai dengan ayat : Shodaqo
‘abdii fii kulli maa yab-lughu ‘annii. Mu’jizat : sesuatu yang keluar dari adat
kebiasaan, bersamaan dengan tantangan da’wah risalah, tanpa adanya tandingan.
Syarat-syarat mu’jizat :1.Merupakan perbuatan Alloh atau yang serupa
(meninggalkan perbuatan), supaya menggambarkan keadaannya sebagai pembenar dari
Alloh bagi orang yang diberinya. Contoh perbuatan : keluarnya air dari
celah-celah jejari Nabi. Contoh meninggalkan perbuatan : tidak terbakarnya nabi
Ibrohim oleh api. 2.Merupakan sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, karena
melemahkan seseorang tak akan terwujud kecuali dengan hal itu. 3.Munculnya dari
tangan orang yang menda’wahkan kenabian, supaya dimengerti bahwa mu’jizat itu
membenarkannya. 4.Bersamaan dengan da’wah, baik secara hakikat maupun hukumnya,
karena mu’jizat merupakan saksi, sehingga tidak boleh sebelum adanya da’wah
itu. 5.Sesuai dengan da’wah (pengakuan), maka yang tidak sesuai, tidak dihitung
membenarkan, seperti terbelahnya gunung ketika pengaku rosul mengucapkan :
mu’jizatku adalah terbelahnya lautan 6.Tidak malah mendustakan pengakunya,
seperti ucapannya : mu’jizatku adalah berbicaranya batu ini, lalu batu itu
berbicara bahwa orang itu tukang mengada-ada dan pendusta. 7.Tidak bisa
ditandingi, kecuali oleh nabi yang semisalnya. 8.Keluarbiasaan-nya itu tidak
terjadi ketika waktu rusaknya aturan adat kebiasaan, sehingga apa yang terjadi
ketika hari kiamat tidak termasuk mu’jizat. Ini merupakan syarat tambahan dari
sebagian ulama’
Sesuatu yang luar biasa yang keluar dari adat yang tidak memenuhi syarat di
atas, tidak bisa disebut mu’jizat, tetapi dinamakan sbb :
1. irhaashatau ta’siis : suatu tanda dasar bagi kerosulannya, bila terjadi
sebelum masa kerosulannya. Misal sebelum jadi nabi, nabi kita selalu
dibayang-bayangi oleh awan. 2. karomah : suatu tanda kemuliaan yang berupa hal
luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang jelas kebaikan dan keadilannya
(wali), tapi tidak mengaku rosul atau nabi. Misal riwayat karomah Sunan Bonang
yang bisa merubah buah aren menjadi emas. 3. ma’unah : suatu pertolongan dari
sisi Alloh yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang
tidak dikenal keadaannya, tidak menampakkan kebaikan tidak pula kefasikan.
Misal si Munir, santri yang kelihatannya biasa-biasa saja, terjun dari lantai
tingkat empat, dan jatuh di lantai halaman pondok dalam keadaan segar bugar. 4.
istidrooj : suatu tanda penghinaan dari Alloh yang berupa hal yang luar biasa
yang muncul dari tangan seorang yang fasik, dalam arti bahwa Alloh
meningkatkannya dengan menampilkan hal itu di tangannya, lantas dia
berlarut-larut dalam kefasikan, sehingga bila Alloh mengambilnya, maka dia
tidak dilepaskan-Nya (mati suu-ul khootimah), na’uudzu billaah min dzaalik. 5.
ihaanahatau khidzlan : suatu tanda pendustaan dan penghinaan dari Alloh yang
berupa yang berupa hal yang luar biasa pada tangan seoorang pembohong. Misal
riwayat Musailamah al-Kadzdzab, yang mengaku menjadi rosul di masa Nabi saw,
pernah meludahi mata seorang laki-laki dengan maksud mengobatinya, namun mata
itu malah menjadi buta. 6. sihir : suatu keluarbiasaan yang muncul dari
seseorang, yang bisa dipelajari oleh orang lain dan bisa ditandingi.
2.Amanah dan Tabligh Buktinya adalah, seandainya mereka berkhianat
dengan melakukan keharaman dan kemakruhan, maka pastilah keharaman dan
kemakruhan itu berbalik menjadi ketaatan (tho’ah) bagi mereka. Karena Alloh
memerintah kita untuk mengikuti perkataan dan perbuatan mereka, sehingga Alloh
tidak menyuruh mereka untuk melakukan keharaman maupun kemakruhan. Ini juga
bisa dijadikan bukti sifat wajib tabligh.
3. Fathonah, Buktinya ialah seandainya mereka tidak lalai dan
tidak cerdas, niscaya mereka tidak mungkin dapat mengemukakakan hujjah
(bantahan) terhadap lawan bicara mereka dan tidak mungkin mampu berdebat dengan
mereka untuk menanamkan kebenaran pada mereka, sampai mereka merasa puas.
Apabila para rosul tidak cerdas, maka jelas bertentangan dengan tugas yang
diberikan oleh Alloh , yaitu menunjukkan kepada mahluq tentang kebenaran.
4. Sifat Jaiz, Bukti bahwa para rosul itu bersifat jaiz (boleh
berperilaku seperti manusia biasa) ialah, disaksikannya realitas sifat-sifat
itu pada diri mereka dan sifat-sifat itu tidak mencacatkan atau menjadikan
manusia lari dari mereka, misal gila, ayan yang lama, kusta, sopak dan buta.
Ada beberapa alasan mengapa mereka tetap boleh berperilaku seperti manusia
biasa, diantaranya :
- untuk melipatgandakan dan mengagungkan pahala yang mereka raih, seperti
sakit. - untuk tasyri’ (memberi pelajaran hukum syariat) agar umatnya
melakukannya - untuk menurunkan/mewariskan masalah dunia kepada orang lain
(keturunannya) - sebagai peringatan betapa hina derajat dunia di sisi Alloh dan
tidak ridhonya Alloh, dunia sebagai tempat balasan bagi para nabi dan wali-
Nya, dengan melihat tingkah laku mereka atas masalah dunia.
MAKNA SYAHADAT TAUHID DAN SYAHADAT ROSUL
Makna dari keyakinan-keyakinan (‘aaqo-id) ini semuanya terkumpul dalam
ucapan : laa ilaaha illal-lloh muhammadur rosuululloh . Penjelasannya sebagai
berikut : 1. Karena maknauluhiyyah (ketuhanan) adalah tidak butuhnya Tuhan (al-ilaah)
dari segala sesuatu selain-Nya, dan butuhnya segala sesuatu selain-Nya
kepada-Nya. Jadi makna laa ilaaha illal-lloh : Tiada dzat yang tidak
membutuhkan segala sesuatu selain-Nya, dan tiada dzat yang segala sesuatu
selain-Nya membutuhkan- Nya, selain Alloh swt. 2. Adapun ketidakbutuhan
(istighnaa’) Alloh swt. dari segala sesuatu selain-Nya, itu mewajibkan
(memastikan) Alloh ituwujud (ada),qidam (dahulu),baqo (kekal), mukholafatul lil
khawadits (beda dengan makhluq), qiyamuhu bi nafsih(berdiri sendiri) dan
dibersihkan dari kekurangan-kekurangan. Dan masuk juga ke dalamnya sifat
wajibsama’ (mendengar),bashor (melihat) dankalam (berfirman), karena seandainya
sifat-sifat ini tidak wajib bagi Alloh, maka pastilah Dia membutuhkan
pembuat/pembaharu (muhdits), tempat, atau sesuatu yang menghilangkan
kekurang-kurangan itu darinya. 3. Dari ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil
pengertian, bersihnya Alloh dari tujuan-tujuan (ghordh) pada
perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Andai tidak bersih, maka pasti membutuhkan sesuatu yang bisa menghasilkan
tujuan- Nya. Bagaimana hal itu terjadi ? Padahal Alloh swt tidak membutuhkan
sesuatu selain diri-Nya. 4.Dari ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil
pengertian bahwa Alloh tidak wajib melakukan sesuatu yang mumkin dan tidak
wajib meninggalkannya, karena seandainya hal itu secara akal wajib, seperti
memberi pahala, maka pastilah Alloh swt membutuhkan hal itu, supaya sempurna
tujuan-Nya, padahal tidak wajib bagi Alloh swt kecuali sesuatu yang sempurna
bagi-Nya. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh swt tidak butuh segala sesuatu
selain-Nya!. 5.Adapun butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada Alloh swt, maka
itu mewajibkan (memastikan) Alloh bersifat hayat (hidup), qudroh (kuasa),
irodah (berkehendak) dan ilmu (mengetahui), karena seandainya Alloh tidak
bersifat seperti itu, maka tidaklah mungkin untuk bisa mewujudkan makhluq
(khawadits) sedikitpun, sehingga tidak ada sesuatupun yang membutuhkan-Nya.
Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya,
sangat membutuhkan-Nya. 6. Dari butuhnya segala sesuatu selain-Nya pada-Nya,
juga mewajibkan Alloh bersifat wahdaniyyah (esa), karena seandainya ada dzat
kedua selain Alloh yang mempunyai sifat ketuhanan (uluhiyyah), maka pastilah
tidak ada sesutupun yang membutuhkan-Nya, karena lemahnya kedua dzat itu,
ketika hal itu terjadi. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh-lah dzat yang
segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya. 7. Dari butuhnya makhluq
akan Alloh, juga bisa diambil pengertian bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa
memberi bekas (pengaruh,ta’tsiir) pada sesuatu yang mumkin, sedikitpun. Andai
ada, maka pastilah bekas itu tidak membutuhkan Alloh swt, padahal Alloh adalah
dzat yang segala sesuatu selain-Nya, membutuhkan- Nya. Ketiadaan pemberian
pengaruh/bekas pada sesuatu yangmumkin, itu terjadi bila kita mengira-ngirakan
ada sesuatu (yangmum kin) yang bisa memberi bekas dengan wataknya (thob’iy).
Sedang bila kita mengira-ngirakan sesuatu itu memberi pengaruh/bekas dengan
suatu kekuatan yang ada padanya, yang berasal dari Alloh, sebagimana sangkaan
banyak orang bodoh (kaummu’tazilah), itu semua mustahil, karena ketika hal itu
terjadi, maka Alloh jadi butuh suatu perantara (waasithoh) dalam penciptaan
sebagian perbuatan-Nya. Dan itu semua batal, berdasar apa yang telah kita
ketahui dari wajibnya ketidakbutuhan Alloh dari segala sesuatu selain diri-Nya.
Sudah cukup jelaslah cakupan makna dari ucapan laa ilaaha illal-lloh, yang
mengandung 3 macam hal yang wajib diketahui oleh orang mukallaf, yakni tentang
sifat wajib, mustahil dan jaiz yang hak bagi Alloh swt. 8. Adapun ucapanm uham
ma dur-rosulullo h, maka disitu masuk iman kepada nabi- nabi yang lain,
malaikat, kitab-kitabsamawiy, hari akhir, serta qodho dan qodar. Karena nabi
Muhammad datang dengan membenarkan kesemuanya itu. 9.Dari lafadz itu juga bisa
diambil pengertian : a.wajibnya sifat shidhq bagi para rosul. b.mustahilnya
sifat kidzb bagi mereka, jika tidak begitu maka mereka tidak akan menjadi rosul
yang amanah bagi Alloh yang maha mengetahui hal-hal yang samar. c.mustahilnya
mereka melakukan perbuatan yang dilarang, semuanya, karena mereka diutus supaya
manusia tahu perkataan, perbuatan dan diam mereka, sehingga pasti tidak ada
yang menentang perintah Alloh swt, karena Alloh telah memilih mereka dari semua
mahluq, dan memberi mereka amanat atas rahasia wahyu-Nya. d. bolehnya mereka
punya prilaku manusia umumnya (a’roodh al- basyariyyah), karena hal itu tidak
membuat cacat kerosulan mereka dan ketinggian derajat mereka di sisi Alloh, bahkan
semua itu malah menambah derajat dan kemuliaan mereka. Jelas sudah makna kedua
kalimah syahadat itu, dengan jumlah huruf yang sedikit, mampu mengumpulkan
semua hal yang wajib diketahui oleh orangmukallaf, yakni keyakinan-keyakinan
tentang iman pada Alloh dan utusan-utusan-Nya. Mungkin karena ringkasnya dan
kemampuannya mencakup hal itu semua, maka syara’ menjadikannya sebagai terjemahan dari islam
yang ada dalam hati, dansyara’ tidak menerima iman seorangpun, kecuali dengan
kalimah syahadat itu. Oleh karenanya, sebaiknya orang yang berakal (‘aqil)
memperbanyak mengucapkan kalimah syahadat sambil menghadirkan makna ‘aqo-id
iman yang terkandung di dalamnya, sampai maknanya bercampur dengan daging dan
darahnya, sebab tak terbilang jumlah rahasia dan keajaiban/karomah akibat
melaksanakan hal itu (memperbanyak dzikir). Menurut imam Syafi’iy, tidak cukup
ucapan : Allohu ahad Muhammadur-rosuul sebagai kalimah syahadat, akan tetapi
disyaratkan : 1. memakai lafadzAsyhadu 2. tahu maknanya, meski secara garis
besar. Sehingga seandainya ada orang non- arab diajari pelafadzan bahasa arab,
lalu ia melafadzkan dua kalimah syahadat (syahadatain) itu, sedang ia tak tahu
maknanya, maka belum dihukumi masuk islam. 3.tertib/berurutan, syahadat tauhid
dulu baru syahadat rosul. Jika terbalik, maka keislamannya belum sah.
4.bersambung (terus-menerus) antara pelafadzan kedua syahadat itu. Jika setelah
membaca syahadat tauhid dipisah oleh waktu yang lama, baru kemudian membaca
syahadat rosul, maka keislamannya belum sah. 5. yang mengucapkannya adalah
orangmukallaf (baligh dan berakal). Sehingga islamnya anak kecil dan orang
gila, itu tidak sah, kecuali karena mengikuti orang tua (tab’an). 6.tidak
terang-terangan secara dzohir melakukan sesuatu yang bisa menghapus
keislamannya. Sehingga islamnya orang yang sedang sujud pada berhala, itu tidak
sah. 7. merupakan kemauannya sendiri (ikhtiar, pilihan pribadi, tidak dipaksa).
Sehingga tidak sah islamnya orang yang dipaksa, kecuali bila ia termasuk
golongan musuh (kharbiy) atau orangmurtad, karena memaksa kedua golongan ini
untuk masuk islam, adalah haq (dibenarkan). 8. mengakui (iqroor) terhadap apa
yang pernah ia ingkari, atau menarik kembali kebolehan suatu hal, apabila
kufurnya sebab menentang sebagian ijma’ yang diketahui dari agama secaradhoruri
(spontan, tanpa dipikir). Akan tetapi qoul mu’tamad madzhab malikiy menyatakan,
tidak disyaratkan seperti itu, tetapi berputar pada lafadz yang menunjukkan
pengakuan (iqroor) bahwa Alloh itu Maha Esa, dan Muhammad itu Rosululloh.
Semoga Allohswt melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw, keluarga dan shahabatnya yang baik dan suci.Allohumma
tsabbit qolbii ‘alaa diinik, Wal-hamdu lil-llaahi robbil ‘aalamiin…….