Header Ads

ad728
  • Breaking News

    Kisah Darwis dan Saudagar

    Pada suatu hari, seorang darwis sedang berdoa dengan khusyu. Seorang saudagar kaya mengamatinya dan tersentuh karena kekhusyuan dan ketulusan darwis itu. Kepada darwis itu, ia menawarkan    sekantung penuh wang, “Aku tahu kau akan menggunakan wang ini di jalan Tuhan. Ambillah wang ini.”  “Sebentar,” jawab sang darwis, “aku tak yakin apakah aku berhak untuk mengambil wangmu. Apakah   kau orang kaya? Apakah kau punya wang lebih di rumahmu?” “Oh, iya. Setidaknya aku punya seribu keping emas di rumahku,” saudagar itu mengakui dengan bangga.    “Apa kau ingin punya seribu keping emas lagi?” darwis itu bertanya. “Tentu saja. Seti ap hari aku bekerja keras untuk mendapatkan lebih banyak lagi wang.”               “Dan setelah itu, apa kau ingin punya lebih banyak lagi ribuan keping emas?”  “Pasti. Setiap hari, aku berdoa agar aku dapat menghasilkan lebih banyak wang untukku.” 
    Darwis itu lalu menyerahkan sekantung keping emas kembali kepada saudagar. “Maaf, aku tak dapat mengambil emasmu,” jawab darwis itu, “seorang yang kaya tak berhak untuk mengambil wang dari seorang pengemis.” “Bagaimana kau ini? Enak saja kau  sebut dirimu orang kaya dan kau panggil aku pengemis!” saudagar  itumarah-marah.  Sang darwis menjawab, “Aku adalah orang kaya karena aku puas dengan apa saja yang Tuhan berikan    kepadaku. Sementara kau adalah pengemis, karena tidak peduli berapa banyak yang kau miliki, kau selalu tidak puas, dan selalu meminta lebih kepada Tuhan.” Bergantung PadaNya  Suatu saat, seorang sufi bernama Khafif pergi menunaikan haji dengan hanya membawa sebuah ember dan seutas tali untuk menimba air minumnya. Di tengah perjalanan, ia melihat beberapa ekor kijang    sedang berdiri di tepian sumur, sedang meminum air dari sumur itu. Ketika Khafif mendekati sumur, kijang-kijang itu pun berlari menjauh dan permukaan air sumur mendadak turun.    Sekuat apa pun Khafif berusaha, ia tak juga dapat menimba air sumur itu. ia berdoa kepada Tuhan  untuk menaikkan kembali permukaan air sumur itu seperti yang telah Tuhan lakukan untuk para kijang.  Lalu Suara Yang Agung menjawab, Kami tak dapat mengabulkan doamu; karena kau lebih bergantung    kepada ember dan talimu daripada kepada kami. Ketika itu juga, Khafif membwang ember dan tali   yang dibawanya dan permukaan air sumur pun langsung naik kembali. Segera Khafif menghapus rasa dahaganya.  Sepulang dari haji, Khafif menceritakan pengalamannya kepada Junaid Al-Baghdadi. Junaid berkata,  Tuhan telah menguji kebergantunganmu kepadaNya. Jika saja kau menunggu sedikit lagi, air sumur itun  akan meluap ke luar.                                     

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad

    ad728