Lagu Jawa di Restoran Padang
Oleh: Abdurrahman Wahid
Salah satu kreasi unik bangsa kita adalah restoran
Tetapi restoran
Namun, yang mungkin paling tepat dikaitkan dengan restoran
Penulis tidak ingin melakukan idealisasi atas mahluk Tuhan yang
Kalaupun ada restoran
Tapi, lihatlah daya tembus lintas sektoral restoran
Daya tembus seperti ini, kemampuan menjadikan diri pilihan kedua, adalah kekuatan memasarkan diri yang luar biasa kenyalnya. Cukuplah kalau kita ingat contoh celana jins Levi’s atau makanan “modem”, seperti hamburger dan ayam Kentucky, untuk melihat kedahsyatan daya tembus seperti itu. Bayangkan seandainya ekspor non migas kita memiliki daya seperti itu di pasaran dunia! .
Daya tembus lain yang sudah umum diketahui, tetapi jarang diingat, adalah kemampuan menjadikan diri sebagai “lahan kerja” orang-orang dari sekian banyak suku negeri kita. Di restoran Padang di sekian tempat persinggahan bis malam di pulau Jawa saja sudah tampak dengan sekali lihat bahwa orang Minang telah menjadi “pihak minoritas” dalam pengelolaan “warisan budaya leluhur” mereka sendiri.
Ibarat mobil Toyota Jepang, yang di Amerika Serikat dijual dan ditawarkan dealer bule tulen, masakan
Mengapa demikian mudah orang non-Minang mengambil oper gagasan restoran Minang? Karena factor selera telah menyatu dengan factor-faktor non selera, seperti kepraktisan cara kerja dan teknologi makanan yang tahan basi. Mudahnya pengoperan gagasan restoran
Kebolehan menyerap unsur-unsur lain itu mencapai titik sublimnya ketika penulis masuk ke sebuah restoran