NABI KHIDIR DAN SULTHONUL AWLIYA RA
Nabi Khidir
a.s. adalah nabi yang amat misterius. Pelajarannya pun sangat misterius.
Demikian pula cara berdakwahnya yang berbeda dengan cara berdakwah nabi-nabi
yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada orang-orang yang berupaya
bertemu dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh bila orang yang menerima
pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.
Pelajaran
Nabi Khidir a.s. berupa ilmu hakikat. Bentuk pelajarannya adalah ijmak dan
kias. Makna pelajarannya sangat dalam. Hal yang menjadikan pelajarannya
misterius adalah cara penyampaiannya yang terkesan aneh dan seakan-akan tidak
pada tempatnya. Oleh sebab itulah, terkadang pelajarannya justru tidak disadari
oleh orang yang belajar kepadanya. Memang pelajaran Nabi Khidir a.s. ditujukan
bagi khaas dan khawas. Hanya kepada orang-orang yang mampu
menerimanya Nabi Khidir a.s. memberikan pelajarannya. Seandainya kita dapat
mengikuti pelajarannya, kita hanya dapat mengikuti sebagian kecil saja
diantaranya. Itu pun setelah kita mulai mempelajarinya dengan kepasrahan total
Nabi Khidir
a.s. menyampaikan pelajarannya melalui perbuatan isyarat dan kias. Dalam mempelajarinya
diperlukan pemikiran yang lebih dalam dan penelaahan yang serius melalui
pencermatan dan perenungan terhadap pelajaran itu. Orang-orang yang belum
mencapai kelas Nabi Khidir a.s. pasti menolak pelajaran yang diberikan olehnya.
Dan itulah yang sempat dilakukan oleh Nabi Musa a.s. Beliau menolak pelajaran
Nabi Khidir beberapa kali karena bertentangan dengan isi hati nuraninya
Jika dulu
Nabi Khidir AS berjumpa dengan Nabi Musa AS, maka kali ini Nabi Khidir tlah
mengulang kembali perjumpaan tersebut namun bukan kepada Nabi Musa atau Nabi
lain, tepat pada bulan Rabiul Awal Nabi Khidir datang menjumpai Sulthonul
Awliya (Abul Qurthuby) . berikut beberapa Tanya jawab antara keduanya :
Nabi Khidir
: Assalamu’alaikumu Ya Abul Qurthuby
Sulthon
: Salam ‘Alaika Ya Nabiyyulloh
Nabi Khidir
: Bagaimana caramu tuk menghiasi wajahmu dengan keceriaan, dan kalbumu
dengan keikhlasan, serta jiwamu dengan ketabahan serta kepasrahan.
Sulthon
: dengan prasangka baik lah allah menghiasi wajahku dengan keceriaan,Keikhlasan
dan ketabahan.
Nabi Khidir
: bagaimana engkau bersikap arif kepada semua makhluk terutama manusia ?
Sulthon
: karna hanya sifat ‘arif lah kita dapat menghormati citaan-Nya .
Nabi Khidir
: Jelaskanlah padaku akan sebuah Noktah ?
Sulthon
: tentunya yang bertanya lebih mengetahui dan mengenal dari yang ditanya.
Setelah
jawaban tersebut lalu Nabi Khidir memeluk dan membawa Sultho ke dalam Noktah
yang ditanyakan. Sejenak keduanya pun lenyap tak berbentuk. Subhanalloh !
Alhasil, berprasangka
baik kepada Allah merupakan suatu yang wajib bagi kita kaum muslimin, bukan
hanya menimbulkan ketabahan melainkan akan membuahkan hasil yang semupna dalah
keikhlasan kepada Allah.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Maha suci
Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Diambil dari berbagai sumber